Di Kota Ini, Ambulans Dijadikan Tempat Pelacuran

Di Kota Ini, Ambulans Dijadikan Tempat Pelacuran

Seorang pengusaha dari Denmark, Michael Lodberg Olsen, menyulap sebuah ambulans bekas menjadi tempat para penjaja seks melayani pelanggan-pelanggan mereka di kota Kopenhagen. Ia berdalih, langkah itu bertujuan untuk membantu para pelacur dari resiko kekerasan dan eksploitasi. Dan sesudah ini masih banyak upaya lain yang masuk daftar gagasan-gagasan Michael.
--------------------------------------
Michael Lodberg Olsen mengajak saya untuk melihat sebuah ambulans tua, yang sudah lama tidak dipakai.

"Jadi apa yang terjadi di sini?" tanya saya.

"Seks," katanya langsung menjawab, sembari mengedipkan matanya dan tergelak.

Saat saya melangkah masuk, suasana dalam ambulans tidak terlalu membangkitkan. Segalanya masih terasa berbau medis - dinding abu-abu, kursi biru. Dan dingin sekali suhu 1°C dan di luar salju turun.

Tapi, ambulans tua yang disebut "Sexelance" ini menjadi ruang aman bagi pekerja seks di Kopenhagen. Mereka bisa membawa langganan ke sini, dengan sepengetahuan para relawan di sekitarnya, yang siap bertindak jika hal-hal buruk terjadi.

Dan statistik menunjukkan bahwa hal itu sering terjadi.

"Sebanyak 45% pekerja seks di Denmark mengalami kekerasan atau ancaman, namun di rumah bordil prosentasenya hanya 3%," jelas Michael, yang menggunakan angka-angka dari Pusat Penelitian Sosial Denmark.

Yang menjadi sasaran bantuan Michael adalah para pelacur yang menjajakan seks di jalanan karena tidak mampu menggunakan rumah bordil.

Sexelance digunakan secara gratis, karena kendati prostitusi sudah disahkan di Denmark sejak tahun 1999, namun masih dianggap melanggar hukum jika para pekerja seks menyewa kamar atau menyewa jasa untuk bisnis mereka.

Selain tersedia para relawan untuk memberikan perlindungan, di dalam ambulan juga ada pengumuman di dinding yang berbunyi, polisi akan dipanggil jika terjadi tanda-tanda kekerasan.

Juga ditempel seruan agar para pekerja seks segera menghubungi pihak berwenang jika mereka menjadi korban perdagangan manusia.

Di dalam ruangan juga terdapat beberapa sarana untuk membantu aktivitas pekerja seks. Ada tisu untuk bersih-bersih setelah berhubungan seks, tiga pilihan kondom, pelumas, bahkan pemanas ruang yang dijalankan dari genset yang diletakkan di luar. Semua peralatan ini disediakan atas masukan para pekerja seks sendiri.

"Orang-orang ini adalah tetangga saya dan teman-teman saya, jadi saya mendengarkan mereka, mereka memiliki gagasan-gagasan terbaik atas apa yang mereka butuhkan," kata Michael. Misalnya, ada pekerja seks yang mengatakan lutut mereka sering sakit.

"Jadi kami atasi dengan ini," katanya, sambil melambaikan sebongkah busa empuk berwarna pelangi pada saya.

Lebih lengkap baca link bbc.com ini: Saat Ambulans disulap jadi tempat pelacuran kota


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews