WNI Diculik di Perairan Sabah, Penculik Minta Tebusan Tidak Biasa

WNI Diculik di Perairan Sabah, Penculik Minta Tebusan Tidak Biasa

Ilustrasi penyelamatan sandera. (foto: ist/net)

BATAMNEWS.CO.ID, Sabah - Warga negara Indonesia (WNI) kembali menjadi korban penculikan. Kali ini kejadiannya di perairan Sabah, Malaysia. Namun, pihak Kepolisian Malaysia menyampaikan penculikan ini diduga bukan dari kelompok Abu Sayyaf.

Sebagaimana dikutip dari The Star, Minggu (7/8/2016) insiden penculikan ini sendiri terjadi pada Jumat 5 Agustus, ketika sebuah kapal penangkap udang asal Malaysia sedang berlayar menuju wilayah Sandakan. Mendadak, kapal tersebut diserang oleh beberapa pria bersenjata yang langsung menculik sang kapten, seorang WNI bernama Herman Manggak (30).

Dilaporkan, para penculik juga sempat menculik dua anak buah kapal (ABK) yang berada di kapal pukat tersebut. Tapi tidak lama kemudian, keduanya dilepaskan dan mereka langsung menghubungi pihak berwajib terkait penculikan Herman.

Para ABK menyampaikan kepada Kepolisian Malaysia bahwa para pelaku menuntut RM10 ribu atau sekira Rp 32,4 juta sebagai biaya pembebasan Herman. The Star juga mewartakan, pihak Kepolisian Malaysia ragu dengan modus penculikan tersebut sebab tuntutan dari para penculik dinilai jauh lebih kecil dibanding tuntutan penculikan yang dilakukan oleh Abu Sayyaf.

“Kami mencoba untuk menyelidiki insiden ini apakah memang murni penculikan. Kami sedang menanyakan hal ini kepada dua ABK (yang dilepaskan) demi mengetahui faktanya,” ujar Komisioner Kepolisian Sabah, Datuk Abdul Rashid Harun.

Abdul juga menambahkan para pelaku sempat mengambil semua peralatan yang berada di kapal tersebut termasuk ponsel sang kapten beserta para ABK. Kepolisian Malaysia saat ini dilaporkan terus menyelidiki kasus penculikan ini.    

Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Lalu Muhammad Iqbal mengatakan pihak Kementerian Luar Negeri membenarkan kejadian tersebut.

"Kemlu membenarkan (kejadian) menimpa seorang WNI kapten kapal penangkap udang berbendera Malaysia dan kejadian di wilayah Malaysia," katanya melalui pesan singkat kepada para wartawan.

Iqbal mengaku bila pihak Kemlu sendiri sudah mengetahui (hal terkait) sejak tiga hari kemarin.

"Kemlu sudah mengetahui kejadian tersebut sejak tanggal 4 Agustus. Hingga saat ini KBRI Kuala Lumpur, KJRI Kota Kinabalu, KRI Tawau dan KJRI Davao masih melakukan verifikasi kepada berbagai pihak di Malaysia dan Filipina, karena sejumlah informasi yang diterima dari pihak-pihak terkait masih terdapat sejumlah perbedaan," sambungnya.

(ind/bbs)

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews