Beginilah Peran Penting Aisyah, Teman Hidup HM Sani Hingga Akhir Hayat

Beginilah Peran Penting Aisyah, Teman Hidup HM Sani Hingga Akhir Hayat

HM Sani dan istri, Aisyah. (foto: ist/kepriprov)


BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Tidak banyak yang tahu bagaimana peran penting Aisyah bagi H Muhammad Sani. Bagi H Muhammad Sani, sang istri Aisyah adalah sosok penetu dalam perjalanan karir dan hidupnya hingga menjadi Gubernur Kepri.

"Menjadi Gubernur? ini mimpi yang "tak boleh" disemai, kata Sani begitu dilantik menjadi Gubernur Kepri oleh Mendagri Gamawan Fauzi pada 19 Agustus 2010. Ucapan itu mengingat kepedihan dan susahnya kehidupan yang dijalaninya sejak kecil hingga menjalani karir sebagai pegawai negeri sipil.

Hal itu terungkap kata-kata pembuka dalam Buku Untung Sabut, Otobiografi Muhammad Sani.

"Betapapun sulitnya setiap detak kehidupan, saya selalu menyakini di balik semua itu selalu ada kemudahan. Selalu ada ujian yang diberikan. Semua itu menjadi mudah berkat dukungan dan kesabaran istri tercinta saya, Aisyah. Dukungan, kebersamaan, kesabaran dan keikhlasan dalam menjalankan setiap napas kehidupan membuat perjalanan hidup ini menjadi lebih ringan."

Terakhir kali, HM Sani dan istri membuat acara perayaan pernikahan yang sangat sederhana bersama anak-anak, cucu, dan sejumlah staf.

"Saya hanya ingin keluarga saya diberikan kesehatan. Alhamdulillah semenjak menikah sampai sekarang saya telah dikaruniai tiga anak dan lima cucu. Itulah harta berharga saya yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam setiap aktivitas yang saya jalani,” kata Sani.

Pasangan Muhammad Sani dan Hj Aisyah Sani tercatat menikah di Kijang pada tahun 1969. Dan baginya sebuah kebahagiaan karena pada ulang tahun pernikahannya yang ke-44 masih bisa merayakan di daerah tempat ia dulunya menikah dan langgeng sampai sekarang.

Diakui Sani selama perjalanan pernikahannya, permasalahan dalam rumah tangga selalu ada. Namun hal itu baginya sebuah bumbu yang justru lebih mempererat tali pernikahan. Karena, ujarnya, jika dalam pernikahan tidak pernah ada pertengkaran ibarat masakan yang kurang bumbu.

“Dalam pernikahan, pertengkaran kecil itu biasa. Yang penting tidak berlarut dan kita bisa saling mengembalikan suasana. Jangankan dalam hubungan rumah tangga, dalam pergaulan dan dalam hidup dan kehidupan ini juga selalu ada perselisihan. Yang penting, perbedaan itu tidak menjadikan kita saling pecah dan membenci,” katanya.

Buku setebal 319 halaman tersebut berisi mengisahkan hidup Sani sejak kecil, ketika masih hidup susah bahkan pernah nyaris putus sekolah. Tetapi, berkat kesungguhan dan kerja keras, Sani bisa sampai pada kursi Gubernur. Dua kali. Tahun 2010 sampai tahun 2015. Dan Tahun 2016 hingga 2020. Namun, takdir berkata lain. Ia wafat saat baru 57 hari memimpin di periode kedua.

(ind/bbs)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews