Kisah Korban Selamat dari Maut Kapal Pompong (1)

Saya Tak Sempat Selamatkan Dua Anak Saya

Saya Tak Sempat Selamatkan Dua Anak  Saya

Petugas tengah mengevakuasi para korban kapal pompong yang tenggelam di Natuna. (Foto: Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Natuna - Musibah kapal pompong yang tenggelam di Natuna benar-benar menjadi mimpi buruk bagi 66 orang penumpang.

Peristiwa mengerikan nyaris merenggut banyak nyawa. Kapal itu karam di tengah perairan Pulau Seluan, Bunguran Utara, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, pada Sabtu pagi 6 Februari 2016 lalu.

Nevida Susanti, salah seorang penumpang, menceritakan bagaimana peristiwa horor itu terjadi. Ia menjadi salah satu penumpang yang selamat. Namun sayangnya, dua orang anaknya hilang. Satu orang ditemukan tewas. 

Hari masih pagi, sekitar pukul 05.30 WIB, Ida bersama dua orang anaknya, bergegas naik ke kapal yang bertolak dari Pulau Seluan dengan tujuan Pulau Sedanau, Natuna. 

Semula sudah terasa angin cukup kencang dan gelombang besar menerpa kapal. Kapal yang seharusnya diisi beberapa orang saja, sudah terasa bergoyang sejak berangkat. Mereka berdesak-desakan.

Tim SAR berjuang mencari para korban yang masih hilang. (Foto: Batamnews)

 

“Saya berangkat bersama suami dan dua orang anak perempuan, serta ibu dan satu orang saudara,” ujar dia kepada batamnews.co.id. 

Transportasi yang sangat terbatas di Natuna memaksa mereka berdesakan dengan penumpang lain. Tak ada pilihan lain. Segala risiko mereka tempuh. Termasuk nyawa taruhannya.

Sebanyak 66 penumpang naik di kapal yang juga membawa 4 ton cengkeh dan tiga unit sepeda motor tersebut. Saat itu ada dua ABK kapal yang bertugas menjaga haluan

"Gimana lagi, kita perlu pekerjaan ini (memetik cengkeh). Pas mau balik, transportasi terbatas, makanya kita ikut dengan kapal itu," ujar Ida dengan nada lirih.

Para ibu-ibu dan anak-anak berada di bawah tenda kapal. Baru sejam dalam perjalanan, kapal sudah terasa limbung. 

Gelombang mengganas. Hempasan gelombang dan angin kencang terasa semakin tak bersahabat. Ida meyakini sesuatu yang buruk bakal terjadi.

Benar saja, tiba-tiba peristiwa mengerikan itu terjadi. Kapal oleng dan akhirnya terbalik. 

Keluarga korban kapal tenggelam di Natuna tampak bersedih. (Foto: Batamnews)

 

Penumpang di dalamnya berhamburan dan tercebur ke laut. Ida melihat bagaimana kedua anaknya terlepas dari pegangan suaminya.  

"Saya sudah nggak sempat lagi menyelamatkan anak saya," kata Ida.

Ia saat itu terjebak di antara sela-sela badan kapal yang terbalik. Ia mencoba bertahan sekuat tenaga dengan berpegang di dalamnya. 

Seperti perangkap yang bisa saja turut merenggut nyawanya. Beberapa saudaranya yang lain juga tak sempat berbuat banyak, karena masing-masing membawa cengkeh. 

Sementara para penumpang lain menyelamatkan nyawa masing-masing. Mereka yang bisa berenang berusaha untuk mencari lokasi aman. 

Yang lainnya berpegangan kepada benda apa saja yang nampak mengapung. Gabus, kayu dan apapun itu menjadi pegangan agar tidak tenggelam. 

Mereka terombang-ambing oleh ombak. Begitu menurut suaminya Darman. Sebelum penyelamat datang, mereka pasrah menunggu takdir. 

 

Bagaiman kelanjutannya? Ikuti beritanya hanya di batamnews.co.id..

 

[fox]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews