Mie Lendir Tanjungpinang: Nikmatnya Kelezatan Sarapan Pagi yang Bertahan Sejak 1967

Mie Lendir Tanjungpinang: Nikmatnya Kelezatan Sarapan Pagi yang Bertahan Sejak 1967

Mie Lendir Tanjungpinang, menu makanan bersejarah di Kepri.

Tanjungpinang, Batamnews - Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, memiliki kekayaan kuliner yang unik dan menggoda selera. Salah satu kuliner yang menjadi kebanggaan daerah ini adalah Mie Lendir. 

Meski namanya mungkin sedikit membingungkan, mie lendir ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan kuliner Tanah Melayu.

Mie lendir ini menawarkan pengalaman kuliner yang berbeda dengan mie pada umumnya. Kuahnya yang kental berwarna cokelat, dicampur dengan bahan-bahan spesial seperti kacang tanah dan ubi jalar, memberikan cita rasa yang lezat dan unik. 

Meskipun memiliki nama yang unik, mie lendir ini sebenarnya menggunakan mie kuning seperti mie pada umumnya. 

Mie lendir dapat ditemukan di berbagai warung makanan di Tanjung Pinang. Nama uniknya berasal dari tampilan kuah yang menyerupai lendir, memberikan sentuhan keunikan pada hidangan ini. Masyarakat setempat menjadikan mie lendir sebagai bagian dari identitas kuliner khas Kepulauan Riau.

Baca juga: Peyek, Camilan Tradisional yang Menjadi Favorit Nongkrong Malam Minggu di Kota Tanjungpinang

Yang menarik, keunikan Mie Lendir Tanjung Pinang ini pertama kali diciptakan oleh seorang warga Jawa. Meskipun kota Tanjung Pinang dikenal sebagai tempat wisata budaya, namun beragam kuliner menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.

Salah satu tokoh penting dalam perjalanan kuliner Mie Lendir ini adalah Sumardi, seorang penjual mie lendir berusia 83 tahun. 

Berjualan sejak tahun 1967 di Jalan Bintan, Kecamatan Tanjung Pinang Kota, Sumardi telah mendedikasikan dirinya selama setengah abad untuk menyajikan kelezatan Mie Lendir kepada warga setempat dan wisatawan.

Setiap harinya, antrean warga tak pernah absen di warung Sumardi. Mulai dari pukul 6 pagi hingga 12 siang, mie lendir Sumardi selalu laris manis. Pelanggan setianya, seperti Sumarni, menyebutkan bahwa kelezatan mie lendir Sumardi tidak dapat ditandingi oleh yang lain. 

Baca juga: Chef Deni Sumarko Mengubah Wajah Kuliner Batam dengan Konsep Omakase dan Carte Blanche di Kez Bakery & Restaurant

Rasanya yang nikmat dan kuah yang kental membuatnya menjadi favorit di kalangan warga Tanjung Pinang.

Di hari-hari libur, khususnya Sabtu dan Minggu, Sumardi bahkan mampu menjual hingga 60 kg mie lendir. Namun, pada hari biasa, penjual yang telah menciptakan warisan kuliner ini hanya menjual sekitar 30 kg. 

Harga yang terjangkau, hanya Rp10.000 per piring atau bungkus, membuat mie lendir Sumardi semakin populer di kalangan masyarakat dan turis asing.

Mie lendir buatan Sumardi tidak hanya dikenal di Tanjung Pinang tetapi juga telah meraih pengakuan dari wisatawan luar negeri. Sebuah warisan kuliner yang terus eksis, mengingatkan kita pada keberagaman kuliner Indonesia yang patut dilestarikan.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews