Begini Makna Imlek Bagi Umat Khonghucu, Banyak yang Salah Kaprah

Begini Makna Imlek Bagi Umat Khonghucu, Banyak yang Salah Kaprah

JS. Soedarmadi. (Foto: Iskandar/Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Hari Raya Imlek 2567 Kongzili jatuh pada tanggal 8 Februari 2016. Bagi umat Khonghucu, Hari Raya Imlek merupakan perayaan hari besar keagamaan.

Biasanya, setiap Imlek tiba, mereka menggelar sembahyang, dan mengucap syukur kepada Tuhan.

Ketua Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia Kota Batam, J.S Soedarmadi bercerita panjang lebar kepada batamnews.co.id mengenai makna Imlek, Kamis (28/1/2016).

Soedarmadi yang sehari-hari berada di vihara umat Khonghucu yang terletak didalam perkarangan Vihara Budhi Bhakti, Penuin, Batam, Kepulauan Riau. 

Soedarmadi awalnya bercerita mengapa Imlek itu dirayakan? 

Pada saat tanggal 1 bulan 1 Imlek merupakan pergantian tahun, pada pergantian tahun tersebut banyak sekali sejarahnya, seperti di Tiongkok pergantian musim. 

Selain itu ada yang menyatakan hari petani, jadi bermacam-macam sebutan tapi harinya sama. 

Tapi, bagi umat Khonghucu Imlek merupakan hari pergantian tahun umat Khonghucu, karena semua isi pergantian tahun dicatat dalam Imlek.

"Kita orang Khonghucu setahun ada sembilan kali ibadah besar. Satu bulan ada dua kali, tanggal 1 dan tanggal 15 Cap Go," ujarnya mengawali pembicaraan.

Dengan penuh semangat dan sedikit gurauan Soedarmadi menjawab pertanyaan pewarta. Saat ini umat Khonghucu masih memasuki 2566 Kongzili, pergantian tahun menurut tanggal Imlek untuk 2567 Konzili jatuh pada 8 Februari 2016. 

Jadi, Imlek merupakan pergantian tanggal bagi umat Khonghucu, seperti halnya umat uslim merayakan Idul Fitri menurut Hijriah.

"Umat Khonghucu berpedoman pada tanggal Imlek tadi untuk ibadahnya. Kadang setiap tahun saya tersenyum melihat spanduk-spanduk yang terpasang di pinggir jalan, seperti  ‘Selamat Merayakan Imlek 2016’. Itu salah, yang benar Selamat Hari Raya Imlek 2567 Kongzili atau imlek yang bertepatan pada tanggal 8 Febuari 2016, itu yang benar," ujar Soedarmadi.

Soedarmadi melanjukan, menurut orang Tionghoa kuno, Imlek merupakan tanggal penambahan umur. Namun, saat ini hal tersebut tidak dipakai lagi dengan berbagai alasan. 

"Orang Tionghoa kuno seperti saya ini, kalau pergantian umur tidak sesuai dengan tanggal lahir, pergantian tahun ini kita ganti umur. Tapi, saat ini orang tidak mau merayakannya lagi, alasannya malu, kuno dan ketinggalan zaman,” ujar dia. 

Ia menambahkan, misalnya anak saya lahir 2 jam sebelum Imlek, begitu Imlek umurnya langsung dua tahun, kalau ngga begitu ngga bakal nyambung seperti shionya. Tapi, itu semua masih dipakai bagi orang Tionghoa kuno. 

“Jadi orang Tionghoa jarang menanyakan umur, tapi shionya apa," papar Soedarmadi dengan sedikit bersemangat.

 

[is]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews