Kabut Asap di Kota Jambi Diduga Berkaitan dengan Sumsel, BMKG Catat Kualitas Udara Tidak Sehat

Kabut Asap di Kota Jambi Diduga Berkaitan dengan Sumsel, BMKG Catat Kualitas Udara Tidak Sehat

Kabut asap menyelimuti Kota Jambi. Satgas Karhutlan Jambi menyebut kiriman dari Sumsel (ilustrasi)

Jambi, Batamnews - Brigjen TNI Supriono, Komandan Satgas Karhutla Provinsi Jambi, menduga kabut asap yang menyelimuti Kota Jambi berasal dari wilayah Sumatera Selatan (Sumsel). Meskipun kondisi udara di Kota Jambi tidak seburuk di daerah lain, asap tersebut berasal dari arah angin selatan.

Menurut Brigjen Supriono, polutan karhutla yang muncul di bagian selatan wilayah terbawa oleh angin dan dapat mencapai Kota Jambi. Mayoritas polutan ini berasal dari bagian selatan Sumatera, terutama Sumbagsel.

"Meskipun sebagian besar mencapai wilayah kita, asap itu berasal dari wilayah selatan, terutama Sumatera Selatan," kata Brigjen Supriono, yang juga menjabat sebagai Danrem 042/Garuda Putih (Gapu).

Baca juga: Kepala BP Batam Komitmen Sediakan Hunian Bagi Masyarakat Rempang Galang di Dapur 3 Sei Jantung

Ia mengakui bahwa kabut asap dari Provinsi Jambi juga memberikan kontribusi pada polusi di daerah lain, meskipun dampaknya kemungkinan kecil.

Dalam upaya penanganan karhutla di Provinsi Jambi, Brigjen Supriono menekankan bahwa TNI selalu bekerja sama dengan Polri, BPBD, Manggala Agni, dan berbagai pihak lainnya. Berkat sinergi ini dan respon cepat semua pihak, api dapat dikendalikan dan dipadamkan.

Brigjen Supriono juga mengingatkan masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar dan berharap agar kebakaran besar seperti yang terjadi pada tahun 2019 dapat dihindari.

Baca juga: Pengusaha Batam Diduga Bos Sindikat Love Scamming di Batam Diduga Kabur ke Luar Negeri

"Kita tidak ingin peristiwa seperti tahun 2019 terulang karena dampaknya besar, dengan 106 ribu hektar lahan terbakar, ekonomi terganggu, kualitas udara buruk, dan reputasi internasional kita tercemar," katanya.

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jambi mengumumkan bahwa indeks kualitas udara di Kota Jambi saat ini berada dalam kondisi tidak sehat atau zona kuning. Informasi lebih lanjut dapat ditemukan di bmkg.go.id.

Meskipun begitu, kabut asap tampaknya tidak terlalu tebal, dan masyarakat masih dapat melanjutkan aktivitasnya tanpa hambatan berarti. BMKG mencatat bahwa jarak pandang masih aman, di atas 2.000 meter, sehingga operasi penerbangan dan maritim tidak perlu dihentikan.

"Kondisi ini tidak mengganggu operasi pesawat di bandara. Jadi meskipun ada kabut asap, operasi penerbangan tetap berjalan lancar," kata Kepala BMKG Jambi, Ibnu Sulityono seperti dikutip cnnindonesia, Kamis (7/9/2023).

Baca juga: Cuaca Ekstrem di Kota Tanjungpinang BPBD Bersihkan dua Lokasi Pohon Tumbang

Ibnu juga melaporkan bahwa saat ini terdapat 11 titik panas yang tersebar di Provinsi Jambi. Sejak awal Januari hingga 3 September 2023, BMKG Jambi mencatat sebanyak 1.301 titik panas.

"Sebagian besar titik panas masih terkonsentrasi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Sarolangun, dan Merangin, diikuti oleh Tebo dan Batanghari," ungkapnya.

Ia juga memperingatkan bahwa puncak musim kemarau di Jambi diperkirakan akan berlangsung pada bulan September 2023, yang berarti potensi karhutla dan kabut asap masih akan berlanjut.

"Kami mengimbau pemerintah dan masyarakat untuk terus memantau data dari BMKG. Selain itu, penggunaan masker menjadi penting, dan kami juga mendorong masyarakat untuk menghemat penggunaan air mengingat kondisi udara yang kurang sehat," tambahnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews