Peneliti: Covid-19 Kemungkinan Berasal dari Laboratorium AS

Peneliti: Covid-19 Kemungkinan Berasal dari Laboratorium AS

ilustrasi.

Jakarta - Covid-19 bukan berasal dari tempat alami tapi dari laboratorium bioteknologi Amerika Serikat (AS). Hal ini diungkapkan ketua komisi Covid-19 di jurnal kedokteran The Lancet, Jeffrey Sachs, saat berbicara di konferensi yang diselenggarakan GATE Center, lembaga pemikir Spanyol pada pertengahan Juni.

"Menurut saya, dari biteknologi, bukan kecelakaan alami," ujarnya, dikutip dari Russia Today, Jumat (1/7/2022).

Ekonom dan penulis ternama ini menekankan, walaupun "kita tidak tahu pasti", tapi ada bukti cukup merujuk ke dugaannya ini dan itu harus diteliti. Saschs menyesali teori versinya ini tidak diselidiki baik di AS atau di tempat lain.

Pada Mei lalu, Sachs bersama profesor farmakologi dan terapi molekuler Universitas Columbia Neil Harrison menulis sebuah artikel di Proceedings of the National Academy of Sciences, menyatakan Covid-19 berasal dari sebuah laboratorium. Dalam makalah itu, Sachs dan Harrison meminta transparansi yang lebih luas lembaga federal dan universitas AS, dengan alasan banyak bukti terkait tidak diungkapkan.

Menurut kedua akademisi tersebut, basis data virus, sampel biologis, pengurutan genom virus, komunikasi surel, dan catatan laboratorium bisa membantu memperjelas asal usul pandemi. Namun, tak satu pun dari bahan-bahan tersebut menjadi sasaran "penelitian yang independen, transparan, dan ilmiah."

Sebagai indikasi Covid-19 berasal dari laboratorium, penulis mengungkap fakta bahwa pengurutan delapan asam amino pada mahkota protein virus corona mirip dengan urutan asam amino yang ditemukan di sel saluran udara manusia.

Faktanya, Sachs bukan orang pertama yang menyebut virus mematikan ini tidak muncul secara alamiah.

Pada Februari 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyimpulkan, virus kemungkinan besar ditularkan hewan, kemungkinan dari seekor kelelawar ke manusia.

Virus corona yang sangat menular ini pertama kali diidentifikasi di Wuhan, China, pada akhir 2019. Virus lalu menyebar dengan cepat ke seluruh dunia, di mana beberapa gelombang infeksi sampai Mei 2022 menewaskan jutaan orang


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews