Kapal Pengungsi Libya Tenggelam di Laut Mediterania Tewaskan Hampir 100 Orang

Kapal Pengungsi Libya Tenggelam di Laut Mediterania Tewaskan Hampir 100 Orang

Imigran Libya di Laut Mediterania. (Foto: dailymail)

Batam, Batamnews - Hampir 100 orang tewas di perairan internasional setelah kapal padat penumpang yang berangkat dari Libya tenggelam. Kapal tanker komersil, Alegria 1, menyelamatkan empat orang dari sekoci di Laut Mediterania pada Sabtu pagi, menurut keterangan organisasi amal Doctors Without Borders atau MSF.

"Kami tahu dari kontak awal kami dengan Alegria 1 bahwa penyintas dilaporkan berada di laut selama sekurang-kurangnya empat hari di kapal yang bermuatan hampir 100 orang," jelas MSF di Twitter, dikutip dari South China Morning Post, Senin (4/4/2022).

Baca juga: Israel Siap Tampung 25.000 Pengungsi Ukraina

Menurut transkrip buku catatan pertukaran dengan kapal tanker, yang dilihat AFP, kapal tersebut mengatakan "sekitar 96 orang tewas di perairan tersebut."

Kepala badan pengungsi PBB menanggapi berita tersebut, mengatakan di Twitter "lebih dari 90 orang tewas dalam tragedi Mediterania lainnya."

"Eropa telah membuktikan kemampuannya menampung 4 juta pengungsi dari Ukraina dengan kebaikan hati dan efektif. Ia sekarang harus segera mempertimbangkan bagaimana menerapkan ini kepada pengungsi dan imigran lainnya, yang dalam penderitaan, mengetuk pintunya," lanjutnya.

Sementara itu MSF menekankan bahwa mereka yang diselamatkan pada Sabtu sangat membutuhkan perlindungan dan perawatan segera.

"Tidak ada dari penyintas yang harus dipulangkan ke tempat di mana mereka menghadapi penangkapan, penyiksaan, dan perlakuan buruk. Libya bukan tempat yang aman," jelasnya.

Baca juga: PBB: 835 Ribu Pengungsi Tinggalkan Ukraina Imbas Invasi Rusia

Libya, yang dilanda konflik dan pelanggaran hukum selama satu dekade, telah menjadi titik keberangkatan utama bagi para migran Afrika dan Asia yang berusaha mati-matian untuk mencapai Eropa. Para migran sering mengalami kondisi yang mengerikan di Libya sebelum berangkat menuju utara dengan kapal yang penuh sesak, seringkali tidak layak berlayar yang sering tenggelam atau mendapat masalah.

Uni Eropa telah menghadapi kritik karena kerjasamanya dengan Polisi Laut Libya untuk mengurangi jumlah migran yang tiba di pantai Eropa. Jika mereka kembali ke Libya, banyak dari mereka menghadapi penganiayaan mengerikan di pusat-pusat penahanan.

Sebelum tragedi terbaru ini, Organisasi Internasional Migrasi PBB (IOM) mencatat 367 kematian di Mediterania tahun ini, setelah mencatat 2.048 kematian yang sama pada 2021.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews