Pojok Kota

Cerita dari Pesisir Tanjunguma, Kala Musim Utara Tiba

Cerita dari Pesisir Tanjunguma, Kala Musim Utara Tiba

Nelayan Tanjung Uma yang kini alih pekerjaan jadi buruh bangunan. (Foto: Arjuna/Batamnews)

MEMASUKI penghujung Tahun 2021, sejumlah wilayah di Kepulauan Riau (Kepri) mengalami cuaca buruk. Hal ini merupakan siklus tahunan 'musim angin utara'.

Hujan deras yang saban hari turun disusul dengan angin kencang membuat para nelayan hati-hati betul meraba kondisi saat akan melaut.

Sebagian dari nelayan di pesisir Batam lebih memilih bekerja sampingan di daratan. Entah itu jadi kuli bangunan, atau berjualan. Cuaca buruk tak memungkinkan mereka untuk mencari ikan.

Said (45) misalnya, warga Tanjung Uma, Kecamatan Lubuk Baja. Ia kini memilih bekerja sebagai buruh bangunan. "Dulu saya ini nelayan. Tapi sekarang sudah tidak lagi," kata Said, Kamis (11/11/2021).

Diceritakan dia, jika kondisi cuaca seperti sekarang ini, nelayan tak ingin ambil resiko. Berbahaya jika mereka turun kelaut mencari ikan dengan kondisi gelombang dan angin kencang.

Terlebih saat angin utara melanda. Fenomena alam itu tentunya menjadi salah satu penyebab mereka enggan berlayar mencari ikan.

"Resikonya besar. Namanya juga faktor cuaca. Apalagi di laut itu cuacanya sudah beda lagi sama di darat. Gelombang, angin kencang, ditambah hujan deras sangat beresiko bagi nelayan," ujarnya.

Namun di sebalik itu, potensi tangkapan ikan malah semakin besar. Semakin cuaca buruk (cuaca), dikatakannya biasa semakin tinggi pula hasil tangkapan. "Kalau sekarang ini lagi musim Tenggiri (jenis ikan). Udang juga banyak," kata Said.

Musim Tenggiri memang salah satu yang dinantikan oleh para nelayan. Ikan tersebut tentunya bernilai ekonomi tinggi sebab banyak diburu pasar.

"Ya, ikan tenggiri memang enak, banyak gizinya juga. Harga pun lumayan lah. Jadi momen seperti ini memang ditunggu kami para nelayan dulu," ujar dia.

Diceritakannya, Tenggiri banyak didapat di Perairan Pulau Putri, berada 1 kilometer di lepas Pantai Nongsa, Batam.  Para nelayan biasanya memulai aksinya pada siang hingga malam hari. Namun mengingat kondisi cuaca, mereka hanya beraktivitas pada siang hari saja. 

Selanjutnya: Berhenti melaut...

 

Said adalah satu dari sekian banyak nelayan yang beralih kegiatan di masa cuaca buruk ini. Tentunya mereka tak lagi beraktivitas di laut. Kini lebih dominan mencari nafkah di daratan.

Said kini memilih untuk menjadi buruh bangunan. Bukan tanpa sebab, ia mengaku jika melaut dimasa sekarang ini tak menjamin keberlangsungan hidup keluarga.

Apalagi seperti saat ini, pencemaran lingkungan dimana-mana. Laut juga jadi imbasnya. 

"Limbah dimana-mana. Laut tercemar. Mana ada lagi ikan kalau gitu. Jelas-jelas sama seperti manusia, jika tempatnya diganggu maka akan pergi ke tempat lebih aman," katanya.

Kondisi itu membuat hasrat melautnya sirna. Ditambah lagi ada keluarga yang harus dinafkahi. 

Jika tak tercukupi, tentu cara lain ialah mencari pekerjaan yang dapat menopang hidup dimasa paceklik seperti saat ini.

"Ya, begitu lah. Susah senang jadi nelayan. Jika rezekinya bagus, ikan banyak didapat. Tapi kalau seperti sekarang ini susah, tambah lagi cuaca buruk," ujarnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews