Natuna Darurat Kekerasan Seksual: Dari Predator Anak, hingga Maniak Seks Bertopeng

Natuna Darurat Kekerasan Seksual: Dari Predator Anak, hingga Maniak Seks Bertopeng

Ilustrasi kekerasan terhadap anak. (Foto: Istimewa)

BATAMNEWS.CO.ID, Natuna - Kasus pencabulan anak di Natuna pada tahun ini menjadi tren kasus kejahatan yang mencengangkan. Sejumlah anak di bawah umur menjadi korban kekerasan seksual.

Sayangnya kasus ini tak begitu menjadi perhatian khusus bagi Pemerintah Daerah Natuna. Korban dibiarkan dengan luka traumatik yang mendalam. Tidak ada pendampingan, penyembuhan psikologis hingga penanganan khusus.

Tidak saja menjadi korban, sejumlah anak di Natuna bahkan menyaksikan sendiri aksi bejat para penjahat seksual tersebut.

Pendamping Kabupaten Layak Anak (KLA) Natuna, Jaliah Winarti menyangkan sejauh ini beberapa instansi dan lembaga yang dibentuk di Natuna terlihat pasif.

"Jika terjadi kasus, baru ada reaksi. Masalah klasik yang selalu disuarakan adalah minimnya anggaran, jadi kegiatan terkendala," kata Jaliah, Selasa (3/11/2015)

Selain itu dikatakannya, instansi terkait juga hanya sebatas melakukan pendataan saja, saat mendatangi korban-korban di bawah umur ini.

"Iya kalau ada kejadian, memang ada kunjungan satu atau dua kali, tapi itu saya lihat, hanya pendataan saja. Kita ingin lembaga atau instansi yang ada ini lebih matang dalam membuat prosedur penanganan terkait penanganan kondisi psikologis korban, dan kegiatan lainnya bagaimana menekan kasus anak. Kalau 2015 ini saya rasa cukup luar biasa," kata Jaliah.


Kasus mencolok

Beberapa kasus yang mencolok di tahun 2015 ini adalah aksi sodomi terhadap 7 remaja pria oleh seorang pria bernama Rinto di Kelurahan Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat pada September 2015 ini.

Bagaimana penanganan kondisi psikologis korban? Belum diketahui gerak dari Pemda Natuna. Kasat Reskrim Polres Natuna, AKP Benhur Gultom menegaskan pihaknya saat ini baru mengembangkan kasus terkait satu korban.

"Iya ada enam korban lainnya, hanya saja orang tua mereka malu untuk serta melaporkan. Jadi yang baru kita proses untuk satu korban saja sejauh ini," kata Gultom, Selasa (3/11/2015).

Akankah Pemda Natuna jemput bola? Ada enam korban lainnya, yang bisa saja kemudian hari berubah menjadi pelaku seperti kebanyakan kasus pedofilia.

Kasus lainnya yang membuat prihatin adalah aksi gila yang dilakukan pria bernama Danil Kusman di Seluan, Bunguran Utara, pada 21 September lalu.

Pria 21 tahun ini nekat masuk sebuah rumah yang lengang dan ada beberapa anak di bawah umur di dalamnya. Danil yang hanya menggunakan celana dalam dan topeng penutup wajah masuk ke jendela rumah tersebut dengan membawa sebilah pisau.

Tiga anak-anak di dalam rumah hanya terdiam karena diancam. Ia akhirnya memperkosa seorang remaja putri berusia 13 tahun di depan mata kepala adik-adiknya yang lain. 

Bahkan, sebelum beraksi, seorang bocah 10 tahun sempat ditendangi Danil. Pria ini akhirnya dibekuk polisi setelah beberapa hari kejadian. Ia dilumpuhkan dengan timah panas yang bersarang di kakinya.

Tentu tak hanya kondisi psikologis korban yang dicabulinya, psikologis dua bocah lainnya juga dipastikan terpukul.

Namun itu hanya dua dari banyak kasus pelecehan seksual dan kekerasan terhadap anak yang terjadi di Natuna. Pemda pun sudah selayaknya bergerak dan tidak hanya menonton anak-anak Natuna semakin diteror kriminalitas yang kian meningkat.


[fox]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews