Semprotan Hidung Buatan Israel Diklaim Bisa Menahan Virus Corona

Semprotan Hidung Buatan Israel Diklaim Bisa Menahan Virus Corona

Tangkapan Layar Enovid anti-viral nasal spray (photo credit: Courtesy)

Batam, Batamnews - Salah satu obat semprot hidung, produksi Israel, diklaim ampuh menahan laju infeksi Covid-19. Mengutip Jerusalem Post, obat semprot itu bernama Enovid.

Enovid merupakan obat yang diproduksi perusahaan SaNOtize di Israel. Dalam penelitian, obat itu telah terbukti mengurangi viral load pada kasus Covid-19 yang dikonfirmasi sebesar 95% dalam 24 jam dan 99% dalam 72 jam.

Baca juga: Mendagri Tito Tegur Kepri soal Insentif Nakes dan Anggaran Covid 

"Spray yang kami kembangkan terbukti tidak hanya sebagai virus blocker yang menyebabkan Covid-19 tetapi juga sebagai pembunuh virus," kata Dr. Gili Regev, CEO dan pendiri SaNOtize.

Tak hanya Covid biasa, Enovid juga ampuh dalam menekan virus SARS-CoV-2 varian Alpha dan Gamma dalam waktu dua menit dan juga virus pernapasan lainnya seperti yang menyebabkan flu. Untuk varian Delta, perusahaan itu sedang mengujinya.

Lebih lanjut SaNOteze menyarankan bahwa obat ini dapat digunakan lima kali sehari oleh masyarakat yang telah melakukan kontak erat dengan pasien Covid. Penggunaan ini juga telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Kesehatan Israel. Nantinya, SaNOtize menyebut bahwa obat ini akan mulai dijual dalam pekan depan.

Hal ini menambah daftar obat-obatan Covid-19. Sebelumnya WHO menyebut penggunaan obat-obat seperti Actemra, Kevzara, dan Interleukin-6 mujarab menangani pasien corona yang sedang dalam keparahan dan kondisi kritis.

WHO menambahkan bahwa saat ini pihaknya masih berusaha untuk membuat obat ini lebih terjangkau kepada banyak kalangan, terutama di negara-negara kurang mampu dan yang belum memiliki akses vaksin.

Baca juga: Tak Ada yang Aman, 2 Kali Vaksin Menkes Inggris Kena Covid-19

"Obat-obatan ini menawarkan harapan bagi pasien dan keluarga yang menderita dampak buruk dari Covid-19 yang parah dan kritis, tetapi penghambat reseptor IL-6 tetap masih dapat diakses dan sulit terjangkau oleh sebagian besar dunia," kata Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.

"Distribusi vaksin yang tidak merata berarti bahwa orang-orang di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah paling rentan terhadap bentuk Covid-19 yang parah. Jadi, kebutuhan terbesar obat-obatan ini adalah di negara-negara yang saat ini memiliki akses paling sedikit. Kita harus segera mengubah ini."


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews