Kiper Timnas Myanmar Minta Suaka Politik ke Jepang

Kiper Timnas Myanmar Minta Suaka Politik ke Jepang

Pyae Lyan Aung, penjaga gawang tim nasional Myanmar. (Foto: AFP)

Tokyo, Batamnews - Pyae Lyan Aung, penjaga gawang tim nasional Myanmar ogah balik ke negaranya dan meminta suaka ke Jepang.

Bulan lalu, ia mengikuti pertandingan kualifikasi Piala Dunia melawan Jepang. Saat itu, Pyae Lyan Aung memberi hormat anti-kudeta dengan simbol tiga jari.

Dilansir AFP, Shogo Watanabe, pengacara Pyae Lyan Aung mengatakan kliennya menyampaikan kepada petugas imigrasi Jepang di bandara di Osaka bahwa dia tidak akan naik pesawat kembali ke Myanmar.

"Setelah mengkonfirmasi keinginannya, kami akan melanjutkan prosedur untuk mencari status pengungsi baik di Osaka atau di Tokyo," kata Watanabe.

"Sudah jelas (bahwa dia adalah seorang pengungsi politik) setelah dia memberi hormat tiga jari ... Saya berharap status pengungsinya akan diakui sesegera mungkin," kata Watanabe, seraya menambahkan bahwa prosesnya bisa memakan waktu berbulan-bulan.

Penyiar nasional NHK menunjukkan rekaman pemain berbicara melalui penerjemah di Osaka pada Rabu malam.

"Jika saya kembali ke Myanmar, hidup saya akan dalam bahaya. Saya memutuskan untuk tinggal di Jepang," kata Pyae Lyan Aung.

"Pemerintah dan rakyat Jepang harus mengetahui situasi Myanmar. Saya meminta kerja sama Anda," tambahnya.

Salam tiga jari telah sering digunakan sebagai demonstrasi perlawanan oleh pengunjuk rasa selama demonstrasi yang telah ditindas secara brutal, dengan lebih dari 800 orang tewas dan ribuan terluka, menurut kelompok hak asasi manusia.

Badan imigrasi Jepang tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar.

Jepang hanya menerima beberapa permohonan suaka setiap tahun, tetapi pada bulan Mei kementerian kehakiman mengatakan penduduk Myanmar yang sudah berada di negara itu akan dapat memperpanjang masa tinggal mereka sebagai tindakan darurat, mengingat kudeta dan kekerasan yang terjadi.

Keputusan itu datang lebih dari sebulan sebelum Jepang menjadi tuan rumah Olimpiade, dan dapat menimbulkan pertanyaan tentang apakah atlet lain mungkin mencari suaka selama Olimpiade.

Setelah kudeta, Tokyo membekukan bantuan baru ke Myanmar dan menteri luar negeri telah memperingatkan bahkan proyek yang ada dapat dihentikan jika junta militer terus menggunakan kekerasan terhadap pengunjuk rasa.


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews