Reshuffle Menteri: Sri Mulyani-Luhut Jadi Sorotan

Reshuffle Menteri: Sri Mulyani-Luhut Jadi Sorotan

Kabinet Indonesia Maju (BPMI Setpres)

Jakarta, Batamnews - Kabar reshuffle kabinet menguat di Kabinet Indonesia Maju. Beberapa menteri bidang ekonomi pun dinilai layak untuk di-reshuffle. Sejumlah pakar ekonomi menilai kinerja menteri-menteri yang layak di-reshuffle kurang memuaskan.

 

Menteri Keuangan

Menteri bidang ekonomi pertama yang dinilai layak di-reshuffle adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Membengkaknya utang negara dan defisit APBN berpotensi menghambat pemulihan ekonomi. Oleh sebab itu, kinerja Sri Mulyani dinilai tak memuaskan.

"Jadi dianggap tidak bisa mengendalikan level defisit dan tidak bisa mengendalikan utang. Bahkan narasinya seolah-olah utang itu hak yang baik dan perlu ditingkatkan. Jadi seolah-olah tidak melihat bahwa utang itu memiliki tingkat risiko yang cukup menghambat pemulihan ekonomi dan akan menjadi beban kepada fiskal-fiskal ke depannya," kata Bhima Yudhistira, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) kepada detikcom, Rabu (14/4/2021).

Senada dengan Bhima, Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan juga berpendapat Sri Mulyani layak di-reshuffle. Ia mengkritik keras cara pengelolaan uang negara dari Sri Mulyani.

"Pengelolaan keuangan negara ini ugal-ugalan. Masa SILPA saja diakumulasi terus. Kalau Rp 50 triliun kan sudah bisa bikin beberapa RS dan sekolah, jadi itu sudah banyak sekali," kata Anthony ketika dihubungi detikcom secara terpisah.

 

Menteri Ketenagakerjaan

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah juga dinilai layak diganti. Bhima berpendapat, Ida terlalu berpihak kepada pelaku usaha, khususnya di sektor padat karya ketimbang para pekerja yang kesulitan di tengah pandemi COVID-19.

"Padahal harusnya kan memprioritaskan bagaimana pekerja, hak-haknya itu diperjuangkan melalui Kemnaker, saya tidak melihat itu," tutur Bhima.

Tak hanya itu, menurut Bhima kepercayaan pemerintah terhadap Kemnaker juga kurang, melihat program Kartu Prakerja yang dinilainya menjadi ranah Kemnaker justru ada di bawah Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian.

"Ini kan artinya ada ketidakpercayaan dari Kemenko Perekonomian atau bahkan adanya kurangnya kepercayaan dari eksekutif yang paling atas terhadap kinerja Menaker, sehingga seharusnya dilakukan oleh Menaker itu justru diambil alih oleh pihak lain, itu terlihat sekali," imbuh Bhima.

 

Menteri BUMN

Bhima juga menilai Menteri BUMN Erick Thohir layak dievaluasi karena belum bisa melakukan rasionalisasi penugasan pemerintah untuk menyehatkan BUMN karya. Saat ini, ia melihat hal itu belum dilakukan sehingga rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER)-nya terus naik.

"Jadi penyehatan itu yang tidak terlihat, sehingga BUMN karya mengalami kenaikan DER atau rasio utang yang cukup signifikan, dan beberapa bahkan terancam pailit," ucap Bhima.

 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi

Bhima juga berpendapat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan layak di-reshuffle karena kerap kali memberikan sentimen positif yang berlebihan.

"Misalnya Tesla mau ke Indonesia, ternyata Tesla-nya ke India. Jadi lebih banyak ke narasi-narasi yang bombastis, meskipun realisasinya kecil. Termasuk juga ekonomi akan tumbuh 7% di kuartal II. Jadi yang seharusnya bukan bidangnya, tapi diambil alih," tutur Bhima.

 

Menteri Perindustrian

Menteri bidang ekonomi lainnya yang dinilai layak untuk di-reshuffle menurut Anthony adalah Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita.

"Menperin apa yang dilakukan? Kita tidak dengar terobosan-terobosan bagaimana meningkatkan industri tanah air, jadi tidak ada," tegas Anthony.

 

Menteri Pertanian

Anthony juga menilai, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo layak di-reshuffle karena belum bisa mencetak prestasi di bidang pangan meski sudah ada lumbung pangan nasional atau food estate.

"Kalau kita bicara sektoral lagi ada Mentan. Kalau pertanian yang urgent karena tidak ada prestasi, prestasi cuma begitu saja. Kalau saya lihat malah tidak lebih baik, bahkan lebih buruk dibandingkan yang lalu, jadi tidak ada terobosan sama sekali," tegas Anthony.

 

Menteri ESDM

Kemudian, Anthony berpendapat Menteri ESDM Arifin Tasrif juga layak reshuffle karena tidak menyesuaikan harga BBM di Indonesia dengan harga minyak dunia yang sudah turun sejak Maret 2020 lalu.

"Penurunan itu kan sudah dari Maret 2020, lalu April, Mei, Juni itu kan sudah paling bottom, paling rendah. Dan masyarakat lagi sulit, tetapi hak masyarakat dari harga BBM yang lebih murah itu tidak diberikan. Padahal konsumsi masyarakat juga sudah turun. Dan kalau diturunkan juga Pertamina tidak akan rugi. Karena itu sudah terjadi ke harga keekonomian," tandas Anthony.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews