NASA Temukan Harta Karun Luar Angkasa US$10.000 Kuadriliun

 NASA Temukan Harta Karun Luar Angkasa US$10.000 Kuadriliun

Orang-orang bereaksi ketika mereka menonton di layar video pesawat ruang angkasa InSight, pendarat robot pertama NASA yang didedikasikan untuk mempelajari bagian dalam Mars. REUTERS/Brendan McDermid

Batam - Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menemukan harta karun langka di luar angkasa bernilai US$10.000 kuadriliun atau setara Rp 136.000.000 kuadriliun (asumsi Rp 13.600/US$).

Harta karun tersebut adalah Asteroid Psyche yang sebagian besar terbuat dari logam seperti inti Bumi. Asteroid ini ditemukan teleskop luar angkasa Hubble. Benda luar angkasa ini berada di sabuk asteroid utama Tata Surya di antara Mars dan Jupiter.

Asteroid Psyche berjarak sekitar 230 juta mil (370 juta kilometer) dari Bumi dan berukuran 140 mil (226 kilometer), seukuran Virginia Barat (AS). Penelitian ini diterbitkan dalam Planetary Science Journal.

"Kami telah melihat meteorit yang sebagian besar terbuat dari logam, tetapi Psyche bisa jadi unik karena mungkin asteroid itu benar-benar terbuat dari besi dan nikel," ujar Tracy Becker ilmuwan planet di Southwest Research Institut AS, melansir Observer, Kamis (29/10/2020).

Menggunakan data spektrum ultraviolet yang dikumpulkan oleh Spektograf Teleskop Luar Angkasa Hubble selama dua pengamatan pada tahun 2017, para peneliti menyimpulkan sebagian besar permukaan Psyche mungkin adalah besi murni.

Psyche adalah target dari NASA Discovery Mission Psyche, diharapkan akan diluncurkan pada tahun 2022 di atas roket SpaceX Falcon Heavy. Fakta lebih lanjut tentang asteroid, termasuk kandungan logam pastinya, diharapkan akan terungkap pada awal 2026.

Asteroid tersebut diyakini sebagai inti mati yang ditinggalkan oleh sebuah planet yang gagal selama pembentukannya di awal kehidupan Tata Surya atau akibat dari banyak tabrakan hebat di masa lalu.

"Singkatnya ini Bintang Mati (Death Star)... satu kemungkinan lainnya bahwa itu adalah materi yang terbentuk sangat dekat dengan Matahari di awal Tata Surya," kata pemimpin penelitian NASA Elkins-Tanton kepada Forbes dalam sebuah wawancara pada Mei 2017 wawancara.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews