Menyingkap Rahasia Mengapa Kelelawar Bisa Selamat dari Virus Corona

Menyingkap Rahasia Mengapa Kelelawar Bisa Selamat dari Virus Corona

Kelelawar di Gua Mikulov. (Foto: AFP)

PARA ilmuwan telah menguraikan cetak biru genetik enam kelelawar dunia.

Kode kehidupan mereka berisi petunjuk genetik "kekebalan luar biasa" mereka, yang melindungi mereka dari virus mematikan.

Para peneliti berharap dapat menggunakan informasi tersebut untuk memecahkan rahasia bagaimana kelelawar yang membawa virus corona tak menjadi sakit.

Mereka mengatakan, agenda ini dapat memberikan solusi untuk membantu kesehatan manusia selama pandemi ini dan masa depan.

Prof Emma Teeling dari University College Dublin mengatakan, rangkaian genom yang "sangat hebat" yang mereka uraikan menunjukkan kelelawar memiliki "sistem kekebalan tubuh yang unik".

Dan memahami bagaimana kelelawar dapat mentolerir virus tanpa sakit dapat membantu dalam pengembangan pengobatan baru untuk virus seperti Covid-19.

"Jika kita bisa meniru respons kekebalan kelelawar terhadap virus, yang memungkinkan mereka untuk menoleransi virus, maka Anda dapat mencari ke alam untuk menemukan obatnya," katanya kepada BBC News, dikutip Kamis (23/7).

"Ini sudah berevolusi, kita tidak perlu menemukan kembali pangkalnya. Kita sekarang memiliki alat untuk dapat memahami langkah-langkah yang perlu kita ambil; kita perlu mengembangkan obat untuk melakukannya."
1 dari 3 halaman

Prof Teeling adalah salah satu pendiri Bat1K Project, yang bertujuan untuk memecahkan kode genom 1.421 spesies kelelawar hidup.

"Genom ini adalah alat yang diperlukan untuk mengidentifikasi solusi genetik yang dikembangkan pada kelelawar yang akhirnya dapat dimanfaatkan untuk mengurangi penuaan manusia dan penyakit," jelasnya.

Covid-19 diperkirakan muncul pada kelelawar, berpindah ke manusia melalui hewan lain, yang belum teridentifikasi. Sejumlah penyakit lain, termasuk SARS, Mers dan Ebola, diperkirakan telah melompat ke manusia dengan cara ini

Para ahli ekologi dan konservasi telah memperingatkan, kelelawar tidak boleh diganggu; ketika dibiarkan di habitat alami mereka tanpa gangguan, kecil risiko yang mereka timbulkan bagi kesehatan manusia.

Hewan malam ini sangat penting untuk keseimbangan alam. Banyak dari hewan ini adalah berfungsi sebagai pembantu proses penyerbukan, menyebarkan biji dari buah, dan sebagian lain adalah pemakan serangga, memakan jutaan ton serangga dalam semalam.

Hasil Penelitian

 

Tim peneliti internasional menggunakan teknologi canggih untuk mengurutkan genom kelelawar dan mengidentifikasi gen yang ada.

Dengan membandingkan cetak biru kelelawar dengan 42 mamalia lain, mereka dapat mengetahui di mana kelelawar berada di dalam rantai kehidupan.

Kelelawar muncul paling dekat hubungannya dengan kelompok yang terdiri dari karnivora (anjing, kucing, dan anjing laut, di antara spesies lain), trenggiling, paus, dan ungulata (mamalia yang ditekuk).

Sebuah jaring perbedaan genetik mengidentifikasi wilayah genom yang telah berevolusi secara berbeda pada kelelawar, yang mungkin menjelaskan kemampuan unik mereka.

Pekerjaan detektif genetik mengungkapkan gen yang dapat berkontribusi pada ekolokasi, yang digunakan kelelawar untuk berburu dan bernavigasi dalam kegelapan.

Manfaat Penelitian Dalam Memerangi Pandemi

 

Karya ini memiliki implikasi bagi kesehatan dan penyakit manusia, dengan mengungkapkan sejumlah besar perubahan genetik yang melindungi kelelawar dari virus.

Para peneliti berpikir pengetahuan genom kelelawar bisa membantu menjelaskan bagaimana mamalia terbang ini menoleransi infeksi virus corona, yang mungkin, di masa depan, dapat membantu dalam memerangi pandemi.

"Perubahan ini dapat berkontribusi pada kekebalan luar biasa kelelawar dan menunjukkan toleransi mereka terhadap virus corona," kata Dr Michael Hiller dari Institut Max Planck Bidang Biologi Sel Molekuler dan Genetika di Dresden, Jerman.

Dalam banyak infeksi virus, bukan virus itu sendiri yang menyebabkan kematian, tetapi respons peradangan akut yang ditimbulkan oleh sistem kekebalan tubuh.

Kelelawar bisa mengendalikan ini. Jadi, sementara mereka mungkin terinfeksi, mereka tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit yang terlihat.

Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Nature.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews