Perjuangan Guru SD di Lingga, Lewati Jembatan Lapuk hingga Bibir Pantai Demi Mengajar

Perjuangan Guru SD di Lingga, Lewati Jembatan Lapuk hingga Bibir Pantai Demi Mengajar

Sumiyati dan rekan-rekannya saat melintasi jembatan yang hampir roboh demi mengajar anak didiknya di Tanjung Paku (Foto:tangkapan layar vidio)

Lingga - Banyak cerita tentang perjuangan seorang guru untuk mengajar demi mencerdaskan anak bangsa. Terutama para guru yang mengajar di daerah pelosok.

Mengajar di pelosok bukanlah hal yang mudah dilakukan setiap orang. Hanya yang memiliki kemauan kuat dia bersedia mengabdi di daerah ini.

Para guru harus berjuang melewati jalan yang sempit setiap hari untuk pergi mengajar ke sekolahnya. Bahkan, jalan yang dilewati tak ubah seperti jalan warga pergi ke kebun.

Seperti yang dialami beberapa orang guru di SDN 014 Singkep Barat,  Tanjung Paku, Desa Marok Tua, Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau ini. Mereka harus berjuang memacu sepeda motornya melalui jembatan yang hampir roboh hingga melewati bibir pantai.

Sumiyati merupakan salah satu guru yang sudah belasan tahun melintasi jalan tersebut. Setiap pagi, ia dan beberapa rekannya melintasi jalan setapak dari Marok Tua menuju Tanjung Paku.

Diguyur hujan hingga teriknya panas sudah menjadi hal biasa bagi ia dan rekannya. Memang, untuk sampai ke Tanjung Paku ada jalan lainnya yang bisa dibilang cukup layak. Hanya saja, jika berangkat dari Desa Marok Tua, jaraknya cukup jauh. Ketika hari hujan, jalan yang masih tanah itu juga licin.

"Untuk pergi mengajar ke Tanjung Paku itu, kami dari Marok Tua ada simpang jalan ke Tanjung Yet, tempat orang pergi menyuluh udang. Jalan itu lah yang kami lewat untuk mengajar anak-anak," kata Sumiyati kepada Batamnews, Jumat (26/6/2020).

Jembatan yang dilalui Sumiyati dan beberapa rekannya ketika mengajar ke SDN 014 Singkep Barat di Tanjung Paku (Foto:tangkapan layar vidio)

Perempuan yang berstatus sebagai guru honorer ini mengaku, untuk berangkat mengajar, ia biasa menumpang dengan rekannya yang juga seorang guru honorer. Ia mengaku tak mampu jika harus mengendarai sepeda motor sendirian dengan kondisi jalan dan jembatan yang hampir roboh.

"Kalau saya sendiri tak mampu lah mau lewat jalan itu. Tanahnya gembur, lewat bibir pantai, terus jembatannya sudah parah rusaknya," ujarnya.

Dari Marok Tua menuju SD tempatnya mengajar, Sumiyati mengatakan bisa menghabiskan waktu sekitar 1 jam perjalanan. Jika jalan yang dilewati mulus, 1 jam bukanlah waktu yang lama. Namun, dikarenakan kondisi jalan yang jauh dari kata sempurna, 1 jam perjalanan sangatlah jauh.

Bahkan, jika diguyur hujan, air sungai kerap kali naik di atas badan jembatan. Jika tak ada keahlian, jangan coba-coba melewati jembatan tersebut, karena bisa saja Anda terjatuh.

"Kalau kami dari Marok Tua mau ke Tanjung Paku lewat Resang, hampir 2 jam baru sampai. Makanya kami rela lewat jalan yang rusak itu. Tak tahan bensin kalau kami lewat Resang, mau dua kali lipat," keluh perempuan yang sudah 13 tahun mengabdi sebagai guru honorer ini.

Ia menjelaskan, murid di SDN 014 Singkep Barat tersebut berjumlah 17 orang. Ia sendiri mengajar untuk siswa kelas 5.

"Kalau kemarin, semua guru yang mengajar di SDN 014 Tanjung Paku ini lewat jalan Marok Tua juga. Tapi karena jalan Resang sudah ada pengerasan, jadi guru yang dari Dabo, lewat jalan Resang. Tinggal kami bertiga saja yang dari Marok Tua lewat jalan ini," tuturnya.

Ia berharap, kedepannya akses jalan menuju Tanjung Paku lebih layak. Sehingga, baik mereka sebagai tenaga pendidik, maupun warga Tanjung Paku sendiri mudah dan nyaman untuk keluar masuk kampung.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews