3 Remaja Putri Live Mesum di IG Bukti Budaya Ingin Terkenal Secara Instan

3 Remaja Putri Live Mesum di IG Bukti Budaya Ingin Terkenal Secara Instan

3 Remaja putri live mesum di Kalteng.

Batam - Seksolog klinis Zoya Amarin menilai kejadian yang menimpa tiga remaja putri asal Kalimantan Tengah (Kalteng), nekat membuka pakaian mereka satu per satu saat tayang langsung (Live) di Instagram. Karena, unsur ketidakpedulian (ignorance) dan budaya remaja yang ingin terkenal secara instant.

Zoya menjelaskan, dari kacamata psikologi perilaku yang dilakukan remaja putri tersebut, bila didasari hanya karena 'iseng'. Akibat kebutuhan generasi saat ini yang termasuk ingin serba instant.

"Saya melihat ada banyak hal yang mereka ingin lakukan untuk mudah dan cepat terkenal tanpa berpikir panjang. Ya ini sebenernya ignorance (ketidakpedulian) bukan bodoh ya. Artinya mereka itu cuek tidak berpikir panjang, tak mungkinlah mereka tidak tahu ketika masuk sosial media apa aja mungkin terjadi tetapi mereka tidak sadar atas dampak apa yang mereka lakukan," jelas Zoya, Sabtu (25/4/2020) via merdeka.com.

Dia menambahkan, sepertinya ketiga remaja ini tidak menyangka bila perilaku ekspresinya tersebut akan direkam orang lain dan sampai viral.

"Kalau saya baca beritanya itu remaja. Asumsi saya kalau remaja itu usianya di bawah 20 tahun. Jadi memang mereka ini perlu lebih bimbingan sih sebenarnya, jika ini dijadikan hukuman bagi aparatur negara," jelasnya.

Pentingnya Seks Education Bagi Orang Tua

 

Dari kasus tersebut, lanjut Zoya, melihat ini bukan sebuah penyimpangan namun lebih ke faktor ketidak pedulian remaja saat ini. Atas, dorongan ingin cepat terkenal secara instant membuat para remaja tidak bisa berfikir panjang.

"Saya melihat seks education sangat perlu, bukan hanya dari saya maupun sekolah. Jadi seks education yang paling penting itu diberikan dari orang tua, ibu kepada putrinya dan ayah kepada putranya. Karena sari orang tua lah anak mendapatkan nilai budaya, agama yang tepat sesuai," tuturnya.

Selanjutnya, Zoya mengatakan tujuan dari seks education yakni mengajarkan kepada anak tentang perilaku yang mereka perbuat dan dampaknya, serta mengarahkan anak kepada perilaku yang lebih positif.

"Perilaku seperti ini mereka mesti sadar, dampak mempertontonkan tubuhnya jangan hanya sekedar berpikir untuk seru-seruan saja. So, mereka harus diberikan seks edukasi oleh orang tuanya, tentang nilai-nilai apa, misal arti ketelanjangan di media sosial," tuturnya

"Jadi mesti harus ada pembelajaran, bagi anak-anak itu dan jangan kita langsung menilai ada perilaku penyimpangan kepada anak-anak itu. Karena, kita perlu menanamkan nilai kepedulian, sosial dan empati kepada anak. Yang saat ini langka untuk, bagaimana anak dapat berpikir dampak dari arti ketelanjangan di media sosial," sambungnya.

Sebaiknya Diberikan Negative Reinforcement

 

Lebih jauh, Zoya menyarankan kepada para orang tua lebih baik memberikan kepada anak negative reinforcement bukan punishment (hukuman). Caranya adalah berikan access sosial media ketika anak telah bisa melakukan perilaku bertanggung jawab.

"Tapi jika semisal tidak ada pembinaan, mereka butuh negative reinforcement. Dimana tujuannya bukan sekedar mereka dihukum, tetapi untuk membuat mereka kapok, artinya mereka tidak akan melakukan lagi dan lebih berpikir panjang atas perbuatan mereka," paparnya.

Karena, jika dalam psikologis anak dibawah 21 tahun masih dikategorikan remaja. Karena, itu berpengaruh terhadap perkembangan otak manusia yang mulai tumbuh sempurna pada umur 21 tahun dan bisa menilai benar, salah, baik dan buruknya prilaku.

"Jadi kalau mereka masih dibawah 21 tahun itu mereka belum bertumbuh sempurna. Tapi, sesuai UU dimaksud anak itu bahwa dibawah 18 tahun itu masih disebut anak. Tetapi jika dari sisi psikologi kita itu membaginya ada remaja awal, akhir dewasa muda awal dan akhir baru dewasa dan akhirnya baru orang tua," terangnya.

"Karena mereka masih remaja, sebaiknya aparatur negara memberikan bimbingan bekerjasama kepada orang tua, supaya memberikan strategi yang paling tepat, hadapi kasus seperti ini," tambah Zoya.

Zoya menyebutkan contohnya yang bisa diberikan adalah tidak memberi akses media sosil kepada anak selama, mereka belum mengubah prilakunya ke arah positif.

"Karena bila dilakukan hukuman penjara hanya memberikan lebel kriminal kepada mereka, terkhusus remaja putri tersebut," katanya.

Kasus Tiga Remaja Putri Sudah Proses Polisi

 

Sebelumnya, Tiga remaja putri asal Kalimantan Tengah (Kalteng) mendadak viral. Bukan karena prestasi yang ditoreh, namun ketiganya jadi buah bibir lantaran aksi nekat membuka pakaian mereka satu per satu saat tayang langsung (Live) di Instagram.

Kasat Reskrim Kompol Todoan Agung Gultom mengatakan ketiga remaja yang diduga berasal dari Kabupaten Pisau itu kini sudah diamankan penyidik. Kepada polisi, mereka mengaku tidak menyangka aksi tak senonoh itu bakal direkam seseorang hingga akhirnya membuat heboh.

"Pengakuan mereka sebenarnya hanya untuk iseng dan untuk hiburan saja, hanya saja mereka tidak memikirkan dampaknya hingga bisa viral setelah di-share di media sosial. Bahkan, mereka tidak mengetahui bahwa video itu di-share oleh orang lain," kata Gultom, Jumat (24/4/2020).

Kini mereka masih menjalani pemeriksaan secara intensif di kantor polisi. Sementara itu polisi memburu penyebar video.

"Tiga remaja putri ini akan dilakukan pemeriksaan sebagai saksi sekaligus korban. Untuk penyebar video tersebut masih dalam penyelidikan penyidik," kata Gultom.

Dalam perkara ini, unit PPA Polresta Palangka Raya sama sekali belum menetapkan siapa tersangkanya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews