Ilmuwan Israel Klaim Temukan Kelemahan Virus Covid-19

Ilmuwan Israel Klaim Temukan Kelemahan Virus Covid-19

Universitas Tel Aviv, Israel. (Foto: Shutterstock)

Tel Aviv - Jonathan Gershoni dari Universitas Tel Aviv (TAU) Sekolah Biologi Sel Molekuler dan Bioteknologi mengklaim pada hari Minggu bahwa pekerjaan laboratoriumnya yang ia lakukan pada famili virus corona adalah sudah "dua pertiga dari jalan" melalui proses pengembangan vaksin untuk Covid-19.

Meski begitu, vaksin masih membutuhkan waktu lebih dari satu tahun untuk dikembangkan, kata Gershoni dikutip Batamnews dari Jerusalem Post, Senin (20/4/2020).

Gershoni, yang telah mempelajari keluarga virus selama 15 tahun, mengatakan bahwa dia baru-baru ini diberikan paten oleh Kantor Paten dan Merek Dagang Amerika Serikat untuk mendesain vaksinnya. 

Dia menjelaskan bahwa vaksin ditujukan untuk menargetkan Reseptor Binding Motif (RBM) virus, titik lemah kritis yang memungkinkan virus untuk menempel dan menginfeksi sel target.

RBM adalah fitur kecil dari protein "spike" virus, yang berarti bahwa virus menggunakan banyak protein berbeda untuk menggandakan dan menyerang sel, tetapi protein "spike" adalah "protein permukaan utama yang digunakannya untuk berikatan dengan reseptor - yang lain protein yang bertindak seperti pintu masuk ke sel manusia," menurut TAU.

Karena ukuran RBM, yang merupakan struktur tiga dimensi yang sangat kompleks dan hanya 50 asam amino, hal itu akan sangat menantang untuk dapat dibentuk kembali secara fungsional. Namun, hal itu akan sangat efektif sebagai dasar untuk kemungkinan vaksin.

"Semakin kecil target dan fokus serangan, semakin besar efektivitas vaksin," kata Gershoni. 

"Virus ini mengambil langkah-langkah yang jauh untuk menyembunyikan RBM-nya dari sistem kekebalan manusia, tetapi cara terbaik untuk 'memenangkan perang' adalah dengan mengembangkan vaksin yang secara khusus menargetkan RBM virus," imbuh dia.

Jika berhasil, Gershoni akan dapat mengisolasi dan menyusun kembali RBM fungsional, yang akan memungkinkan industri untuk "memasukkannya ke dalam vaksin, yang akan diproduksi oleh perusahaan farmasi. 

Pengembangan vaksin berbasis RBM semacam itu akan memakan waktu berbulan-bulan kemudian perlu diuji dalam Fase 1, 2 dan 3 uji klinis, yang kemudian akan memakan waktu hingga satu tahun. 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews