Penyemprotan Disinfektan di Jalan Dinilai Tak Efektif, Ini Kata Guru Besar ITS

Penyemprotan Disinfektan di Jalan Dinilai Tak Efektif, Ini Kata Guru Besar ITS

Penyemprotan disinfektan di Jl DKWM Benteng, Ranai, Kabupaten Natuna. (Foto: Yanto/Batamnews)

Surabaya - Sebagai langkah preventif mencegah penyebaran virus corona, penyemprotan disinfektan di jalan di beberapa daerah dilakukan. Sayangnya, hal itu justru dirasa tidak efektif.

Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), Prof Dr rer nat Fredy Kurniawan MSi mengatakan penyemprotan disinfektan di jalanan tidak direkomendasi. Sebab kadar yang ada di dalam disinfektan akan berkurang.

"Sudah tidak efektif lagi, disemprot dengan konsentrasi berapa, yang tersebar berapa bakterinnya ndak mati. Bisa-bisa menjadi mutagen atau mutasi malah lebih tebal karena sudah sering dikasih itu (disinfektan)," kata Fredy via detikcom, Senin (30/3/2020).

Terlebih, penyemprotan disinfektan tak hanya di jalan saja, melainkan kepada pengendara motor juga. Menurut Fredy, jika disinfektan mengenai kulit maka akan berbahaya.

"Karena bahan kimianya tidak diperuntukkan untuk itu (terkena kulit)," ujarnya.

Fredy mengatakan antiseptik adalah jenis disinfektan yang aman untuk jaringan hidup, sedangkan disinfektan belum tentu antiseptik.

"Rata-rata di jalanan itu tidak direkomendasikan untuk antiseptik, atau jaringan hidup," katanya.

Fredy menambahkan bahaya disinfektan jika terkena manusia tergantung dari bahan yang disemprotkan. Bahkan ada bahan yang justru menimbulkan penyakit baru.

"Ada daftarnya (bahan disinfektan), ada yang bersifat karsinogenik, ada yang bisa menyebabkan pneumonia. Malah cari penyakit, gak sembuh malah," jelasnya.

"Kalau di jalan kan bukan untuk orang, sehingga disinfektan biasa yang digunakan. Tapi sebetulnya ndak disarankan penyemproran massal begitu. Efek sampingnya, residunya banyak yang perlu dipikirkan," urainya.

Bahkan, meski ITS sendiri membuat iChamber, Fredy merasa tetap saja bahan yang dipakai kadang-kadang berbahaya untuk manusia.

Pembuatan disinfektan mandiri juga tidak dianjurkan oleh Fredy.

"Untuk bahan kimia tidak ada orang awan yang direkomendasi buat sendiri. Karena butuh pengetahuan yang baik tentang kimia. Ada dosis, cara membuat, cara pakai, termasuk komposisi. Sehingga, saya gak rekomendasi buat (disinfektan) sendiri," katanya.

Dosen Departemen Kimia ITS ini menegaskan, jika tidak bisa sembarang orang membuat disinfektan sendiri meski bahan-bahan dijual bebas di pasaran. Sebab untuk membuat membutuhkan pengetahuan.

"Selama ini kan darurat memang. Formula WHO sudah ada, BPOM juga keluarkan formulanya. Pertanyaannya apakah bisa menjamin formula itu dipenuhi dengan pengetahuan seadanya? Masalahnya di sana," pungkas Fredy.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews