Deretan WNI Termakan Janji Palsu ISIS

Deretan WNI Termakan Janji Palsu ISIS

Wanita Indonesia lari dari ISIS. (Foto: AFP/Ayham Al-Mohammad)

Jakarta - Pemerintah berencana memulangkan 600 WNI yang bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dari Timur Tengah. Informasi rencana pemulangan WNI eks ISIS itu diperoleh Menteri Agama Fachrul Razi dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Muncul pro kontra soal rencana ini. Menko Polhukam Mahfud Md menyebut tim masih menggodok soal pemulangan WNI eks ISIS.

"Belum ada yang dipulangkan dan masih dianalisis baik buruknya apakah akan dipulangkan atau tidak. Tapi sampai hari ini belum ada keputusan dipulangkan," kata Mahfud Md di kantornya, di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu, 5 Februari 2020.

Lalu, apa alasan WNI memilih bergabung dengan ISIS? Padahal mereka tahu bahwa ISIS adalah kelompok teroris. Berikut penjelasannya:

Dijanjikan Keluarga Dinafkahi

Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia Nasir Abbas menjelaskan alasan WNI bergabung ISIS. Kelompok teroris ini memiliki cara untuk menafkahi anggotanya. Kelangsungan hidup sehari-hari disiapkan, tapi semua berasal dari dana teroris.

"Saya cerita pengalaman saya, saya berangkat ke Afghanistan cuma modal badan saja dan disiapkan uang. Apalagi dijanjikan bawa keluarga akan dihidupi, dijanjikan akan ada sekolah dengan pendidikan cara mereka," tutur Nasir.

"Selain keyakinan untuk tinggal di sana, ada jaminan hidup. Waktu saya, tak cuma tiket pergi saja, tapi dapat uang honor. ISIS ini ada dana yang banyak, mereka bisa jaminan yang jadi anggota. Siapa yang tak tergiur," tukas Nasir.

 

Dapat Gaji Hingga Ratusan Juta Rupiah

Pada 2015, Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT Inspektur Jenderal Arief Dharmawan menyatakan tidak semua WNI yang hijrah ke Suriah atau Irak murni berperang demi alasan ideologis. Sebaliknya, ISIS lewat media propagandanya juga menyediakan gaji bulanan untuk setiap anggotanya.

Selain bertempur, simpatisan ISIS asal luar negeri tiba ke area konflik, utamanya markas mereka di Kota Mosul, Irak, diberi pekerjaan yang mendapat bayaran rutin. "Bisa bekerja di dapur umum atau pekerjaan lain yang mendukung upaya perang mereka," ujarnya.

Gaji mereka bisa setara Rp 39 juta per pekan, atau Rp 150 juta per bulan. Bayaran para pekerja ISIS ini dalam Dollar Amerika. Tak heran, lebih dari 3.400 warga negara Barat dilaporkan bergabung.

"Iming-iming uang ini juga menarik orang-orang Australia, Belanda, dan negara Eropa lain bergabung dengan ISIS," kata Arief.

 

Tergiur dengan Rayuan Simpatisan ISIS

Nurshadrina Khaira Dhania, mantan simpatisan ISIS yang pernah bergabung sejak 2015 mengaku pertama kali mengetahui ISIS dari sang paman. Kemudian karena Nur merasa penasaran, akhirnya Nur menggali informasi tentang ISIS di Internet. Nur menemukan informasi tentang ISIS dari Tumblr, di mana ada seorang simpatisan ISIS yang menceritakan indahnya menjadi anggota ISIS.

"Ada kisah mereka, yang dimana mereka sudah sampai di tanah Suriah. Mereka menceritakan bagaimana keadaan di sana," kata Nur, seperti dikutip dari tayangan Kompas TV berjudul "Pengakuan Mantan Simpatisan ISIS", 14 September 2017.

Kemudian Nur mengaku melihat tayangan video, ada anak-anak sekolah, terjamin kehidupannya. Nur mulai mencari tahu tentang ISIS pada akhir 2014.

Nur menceritakan bahwa simpatisan ISIS memberikan janji untuk membiayai perjalanan ke Timur Tengah, penggantian utang-utang.

"Dan gak usah khawatir di sana juga ada pekerjaan, dan bahkan mereka menjanjikan gajinya pun tinggi. Jadi, gak usah takutlah kehilangan pekerjaannya," kata Nur.

Nur mengaku 'silau' dengan janji simpatisan ISIS, terutama soal propaganda ISIS yang menjanjikan.

"Kehidupan di sana aman, tentram, damai, penuh keadilan. Jadi sudah seperti terbutakan gitu. Jadi berita-berita kejelekan mereka tuh ditolak begitu aja. Dan gak peduli," katanya.

(*)


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews