JB Sumarlin, Tuduhan Mafia Berkeley dan Si Kancil Soeharto

JB Sumarlin, Tuduhan Mafia Berkeley dan Si Kancil Soeharto

JB Sumarlin semasa hidup.

JB Sumarlin meninggal dunia pada Kamis (6/2/2020) sekitar pukul 14.00. Dia semasa hidup merupakan seorang tokoh penting.

Dikutip dari berbagai sumber, pria kelahiran Blitar pada 7 Desember 1932 merupakan ekonom handal yang pernah dimiliki Indonesia. Ia juga telah malang melintang di pemerintahan saat Orde Baru.

Sejumlah jabatan penting di pemerintahan pernah dipegangnya, mulai dari kepala BPK hingga sebagai Menteri Keuangan. JB Sumarlin juga pernah memimpin Otorita Batam (kini BP Batam) setelah masa kepemimpinan Ibnu Sutowo. Kala itu ia sebagai Menteri Penertiban Aparatur Pembangunan pada 1976 ditunjuk presiden untuk membenahi pembangunan yang kurang optimal. Ia diganti BJ Habibie pada 1978

Dalam buku 'Pak Harto The Untold Stories' terbitan Gramedia Pustaka Utama, JB Sumarlin mengkisahkan pengalamannya menjadi anak buah Soeharto, termasuk pengalaman pertamanya ketika menjabat tangan pria berjuluk Bapak Pembangunan tersebut.

Pengalaman tersebut terjadi pada 1971. Saat itu, respons Soeharto ketika berjabat tangan dengan JB Sumarlin adalah "Oh, ini si Cabe Rawit".

Selang dua tahun setelah jabat tangan tersebut, Sang Jenderal menunjuknya menjadi menteri untuk pertama kalinya. Jabatan yang diserahkan Soeharto ke JB Sumarlin waktu itu adalah menjadi Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara.

Setelah itu, ia dipercaya menjadi kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan menteri Keuangan. Ketika menjadi menteri keuangan inilah, sejumlah kebijakan penting ia telurkan.

Salah satu kebijakan tersebut dikenal dengan Gebrakan Sumarlin I. Gebrakan tersebut adalah pengetatan moneter dengan cara menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Kebijakan diambilnya untuk mengatasi permasalahan ekonomi Indonesia yang saat ini tengah lesu. Gebrakan tersebut berhasil membawa Indonesia tumbuh 5,7 persen, melebihi rata-rata pertumbuhan 5 persen pada 1988.

Dia pun mengeluarkan kebijakan yang mendukung pengendalian inflasi dan memperkuat struktur perkreditan yaitu Paket Kebijakan Deregulasi di Bidang Moneter, Keuangan dan Perbankan (Pako 1988), Paket Maret 1989, dan Paket Januari 1990.

Kebijakan ini malah menghasilkan ekspansi kredit perbankan yang berlebihan dan kurang selektif. Pada Maret 1991 Gebrakan Sumarlin II dikeluarkan. Gebrakan II ini mampu mengekang laju inflasi hingga secara berangsur-angsur turun menjadi 4,9 persen pada 1992.

Selain itu, di era kepemimpinannya, ia juga dinilai berperan dalam memperbaiki Kementerian Keuangan dari  sejumlah penyimpangan, salah satunya pungutan liar.

Menyamar menjadi Achmad Sidik, JB Sumarlin sering menangkap basah pelaku penyunatan gaji pegawai negeri. Aksi 'bersih-bersih' tersebut membuat dia tak lepas dari ancaman bahkan dari keluarga pejabat tinggi.

Selain membenahi fiskal, ia juga pernah  didapuk Soeharto untuk mencari solusi ketika Pertamina dilanda krisis keuangan pada 1975. Bersama dengan sejumlah menteri, ia ditugasi menyelesaikan beban Pertamina.

Di tengah kinerjanya tersebut, ia pernah mendapatkan julukan sebagai anggota 'Mafia Berkeley'. JB Sumarlin mengungkap kelompok tersebut sebenarnya berisi para ekonom lulusan Berkeley yakni dirinya, Emil Salim, Widjoyo dan Ali Wardhana.

Selain itu, ia juga mendapatkan julukan 'Si Kancil' dari Presiden Soeharto.

(*)


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews