Pernah Alami Beauty Bullying, Ini Kata Ucita Pohan

Pernah Alami Beauty Bullying, Ini Kata Ucita Pohan

Ucita Pohan atau Uchiet berbicara soal beauty bullying. Foto: Dok. Gresnia Arela Febriani

Manusia sejatinya telah dilahirkan dengan berbagai bentuk wajah dan tubuh yang berbeda. Dan memiliki ciri khas yang membuatnya terlihat unik. Namun tak semua orang menyadari hal tersebut.

Gambaran wanita yang ditampilkan di televisi dan media membuat sebagian besar orang berpikir penampilan ideal seperti yang mereka lihat atau tonton. Sehingga ketika aada seseorang yang tidak memenuhi kriteria manusia sempurna, tak jarang akan mengalami bullying.

Penyiar radio dan influencer gaya hidup Ucita Pohan termasuk yang pernah mengalami bullying ini. Secara spesifik Uchiet menyebut apa yang dialaminya sebagai beauty bullying.

"Kalau dikomentari gendut sudah dari kecil. Itu yang sudah sangat sering aku dengar. Cuma makin ke sini semakin dewasa hal tersebut juga berkurang. Seiring dengan circle aku yang akhirnya terfilter sendiri," ujar wanita yang akrab disapa Uchiet itu.

Selain mengenai bentuk tubuhnya, Uchiet juga pernah menerima beauty bullying di YouTube soal kulitnya."Waktu aku bikin makeup tutorial di You Tube, komentar yang masuk ada beberapa yang tiba-tiba bilangnya gini 'haduh salfok nih, kulitnya belang'. Yang kayak gitu selewat aja, meskipun itu juga terjadi sampai sekarang," ungkap Uchiet yang merilis buku Bicara Tubuh bersama fotografer Jozz Felix itu.

Ketika menerima bullying mengenai penampilannya, Uchiet mengaku tidak lantas menjadi baper atau terbawa perasaan. Dia juga tidak mau mengambil hati omongan negatif orang lain tersebut.

"Kepikiran ada, tapi nggak sampai membuat aku berhenti berkarya atau jadi nggak percaya diri gitu," ujar pemilik akun Instagram @uchiet tersebut.

Uchiet melihat orang-orang yang melakukan beauty bullying pada dirinya atau wanita lainnya berada pada lingkungan yang banyak menerima hal-hal negatif. Pelaku bullying suka mengomentari tidak enak pada orang lain karena mereka memiliki teman atau keluarga yang kerap berbicara dengan nada negatif juga kepada mereka.

"Interaksi itulah yang mereka tahu. Dan mereka berpikir ini interaksi yang normal dan akhirnya kadang kalimat-kalimat yang disampaikan itu bukan ada niatan menjatuhkan orang, cuma sekedar beropini. Hanya memang nadanya negatif dan efeknya ke orang lain bikin down," tuturnya panjang lebar.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews