Mahasiswa BTP Batam Dididik Kelola EO Profesional

Mahasiswa BTP Batam Dididik Kelola EO Profesional

Dance Competition di Mall Botania 2 yang menjadi bagian dari mata kuliah di Batam Tourism Polytechnic (BTP). (Foto: Yogi/batamnews)

Batam -

Puluhan remaja memadati lantai dua Mall Botania 2, Batam Centre pada Minggu (29/7/2019). Mereka terlihat berada di satu titik, musik dance terdengar lantang di ruangan terbuka tersebut. 

Sorak sorai para remaja terdengar dari pintu masuk ruangan. Panggung berukuran cukup besar berdiri, begitu juga ada beberapa dekorasi yang menawan dari panggung, seolah-olah ada acara besar untuk para generasi milenial itu.

Diperkirakan terdapat ribuan remaja hadir. Ramai, meriah dan penuh kompetisi. 

Itulah acara Batam Dance Competition yang diselenggarakan Culinary Management Batam Tourism Polytechnic (BTP).

Acara meriah tersebut hanyalah praktik lapangan yang diselenggarakan oleh mahasiswa BTP. Tetapi kemewahan ivent seperti diselenggarakan para Event Organizer (EO) profesional. 

"Ini adalah acara mahasiswa (BTP) kami, salah satu praktiknya adalah membuat iven," kata Siska Mandalia, pengampu mata kuliah Culinary Management di sela-sela acara.

Siska mengatakan, mengajak mahasiswa turun ke lapangan untuk praktik merupakan konsep dasar kampus BTP. Pasalnya BTP bukanlah universitas akademik yang belajar teori semata. 

"Kita adalah politeknik, praktik itu adalah kewajiban," kata Siska. 

Ia menjelaskan, dalam mata kuliah yang diampunya erdapat pelajaran bagaimana mengelola sebuah ivent atau menjadi seorang EO. Teori tersebut yang mahasiswa harus mempraktikkannya. 

"Seperti ini lah jadinya, mereka ternyata bisa membuat sebuah acara yang bisa datangkan ribuan orang, kata dosen jebolan M.B.A Tourism Management dari Chung Hua University, Taiwan itu. 

Siska megatakan, kegiatan ini bukanlah yang pertama diselenggarakan. Sejak mata kuliah tersebut diampunya, lomba dance tersebut sudah kegiatan ketujuh kali. "Jadi setiap kelas yang saya pegang, harus buat satu ivent," ujarnya. 

Sebelumnya mahasiswa BTP juga sudah melaksanakan beberapa kegiatan lainnya, seperti event color run, rekor MURI melipat handuk terbesar, sashion show, e-sport PUBG mobile dan Mobile Legend dan lainnya. 

Siska mengatakan, upaya praktik ini juga mengurangi banyak mahasiswa yang tamat perguruan tinggi menjadi penganguran meskipun mereka sudah memiliki teori. "Kalau tanpa praktik juga susah, ini para mahasiswa yang jadi panitia sudah siap membuat EO sendiri," kata dia. 

Secara teknis Siska menjelaskan, proses persiapan acara sepenuhnya diserahkan kepada mahasiswa tidak ada pembatasan ide dan kreatifitas mahasiswa. Menurutnya, dari teori yang dipelajari mahasiswa Siska yakin mahasiswanya memiliki teori yang sudah matang untuk membicarakan ivent atau kegiatan apa yang akan dilaksanakan. 

"Kalau saya batasi kreatifitas mereka mati," katanya. 

Tidak hanya itu, sesuai mata kuliah yang diampunya mahasiswa jebolan BTP juga diyakin mampu menjadi EO setelah lulus nanti. Apalagi di Batam sangat kekurangan EO profesional.

Bahkan amat disayangkan beberapa bulan lalu terjadi EO yang melarikan diri dan membawa beberapa uang pendaftaran acara. Tentu kondisi itu akan mengurangi kepercayaan orang melaksanakan ivent besar di Batam. 

"Itu yang harus diperbaiki, kita ingin mahasiswa ini muncul mengatasi masalah itu," kata dia. 

Siska melihat selama ini yang terjadi di Batam, EO hanya terbentuk dari belajar otodidak. Tidak seperti mahasiswa, yang ilmu dasar mereka berasal dari akademik kampus. 

"Jadi semua masalah dikaji mereka, mulai dari target market, kemungkinan risiko, dan lainnya," kata Siska. 

Menurut Siska, pemerintah daerah setempat tidak perlu mendatangkan EO untuk menyelenggarakan sebuah ivent. Tinggal bekerjasama dengan kampus yang ada di Batam. "Kita berharap pemerintah melirik mahasiswa BTP juga yang notabenenya memiliki keterampilan untuk menjadi EO profesional," katanya. 

Setelah penyelenggaraan ivent ini beberapa mahasiswa menemukan skill mereka masing-masing. Ada yang bisa menjadi MC, penyanyi maupun EO profesional. 

"Ada mahasiswa saya yang malu bicara depan orang banyak, sekarang sudah vokal sekali, kita yakin kegiatan seperti ini memunculkan bibit-bibit unggul," kata dia. 

Panitia acara Ayu Brillianti mengatakan, ia bersama mahasiswa lainnya mempersiapkan acara tersebut sudah dari tiga bulan yang lalu. Dance competition sengaja menjadi salah satu ivent mereka karena sedang lagi tren saat ini. 

"Jadi kami pikir acara ini sangat menjual, eh ternyata banyak juga yang datang, bahkan hampir melebihi target kami," kata Ayu. 

Ayu mengatakan, tidak hanya membuat acara terlihat 'wah' mereka juga mendatangkan juri dance profesional dari Singapura. "Jadi kami memang persiapkan acara dengan matang," kata dia. 

Ayu mengungkapkan, semua pelajaran yang ia terima di bangku kuliah sangat mudah dipahami jika sudah dipraktikkan. Seperti halnya dalam penyelenggaraan ivent, diantaranya yang menjadi perhatian tren, target dan venue.

"Semua nilai itu menjadi pertimbangan agar sebuah acara bisa sukses," kata Ayu.

(tan)
 


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews