China Larang Warganya Liburan ke Amerika Serikat

China Larang Warganya Liburan ke Amerika Serikat

Turis China di Patung Liberty (AFP)

Beijing - Baru-baru ini pemerintah China mengeluarkan larangan berpergian atau liburan ke Amerika Serikat. Salah satu sebabnya, akibat Perang Dagang.

Dilansir BBC, Jumat (7/6/2019) China mengimbau warganya untuk 'mempertimbangkan semua risiko' ketika bepergian ke AS (Amerika Serikat). Bahkan, imbauan itu dilakukan dengan tegas dan dapat diartikan sebagai larangan!

Imbauannya dikeluarkan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Mengingat, akhir-akhir ini ancaman seperti perampokan dan kekerasan dengan senjata begitu meningkat di Negeri Paman Sam.

"Baru-baru ini telah terjadi penembakan, perampokan dan pencurian yang sering terjadi di AS. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata mengingatkan wisatawan China untuk sepenuhnya menilai risiko pergi ke AS dalam rangka berwisata," tulis Reuters.

Selain itu, Kementerian Luar negeri China juga mengatakan lembaga penegak hukum AS telah melecehkan warganya melalui interogasi yang mereka lakukan.

"Untuk beberapa waktu, agen-agen penegak hukum AS telah melecehkan warga China dengan interogasi saat masuk atau keluar, dan wawancara di tempat, di antara bentuk-bentuk lain," katanya, menurut situs internet kementerian luar negeri China," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang.

"Oleh karena itu Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mengeluarkan peringatan pariwisata, dan Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar China dan konsulat di AS memutuskan untuk mengeluarkan pengingat keselamatan untuk meningkatkan kesadaran keselamatan. Itu, saya percaya, adalah apa yang harus dilakukan oleh pemerintah yang bertanggung jawab," lanjutnya menjelaskan.

Perang Dagang

Selain dua hal tersebut, alasan kuat mengapa China melarang warganya plesiran ke AS adalah karena efek Perang Dagang. AS menyalakan kembali Perang Dagang dengan kenaikan bea masuk pada Mei lalu, dan memperluas konflik dengan memasukkan raksasa teknologi China Huawei dalam daftar produk yang tidak dapat diperdagangkan tanpa lisensi.

AS menuduh China bermain tidak adil dalam perdagangan selama bertahun-tahun dan mengatakan perusahaan teknologi Huawei berisiko terhadap keamanan nasionalnya. China membantah ini dan semakin melihat langkah AS sebagai upaya untuk mengekang pengaruh global China yang terus tumbuh.

Baru-baru ini, dua ekonomi terbesar di dunia ini tampaknya mendekati kesepakatan. Tetapi sementara negosiasi masih berlangsung, pemerintahan Trump menuduh China mengingkari janjinya dan lebih dari dua kali lipat bea masuk barang-barang China sebesar USD 200 miliar.

China telah membalas dengan beberapa kenaikan bea masuk untuk barang-barang AS yang masuk ke China. Kabarnya, Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump diperkirakan akan bertemu pada pertemuan para pemimpin G20 pada akhir Juni untuk membahas masalah tersebut.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews