Mengenang Rocker Andy Liany, Musisi Legendaris Asal Tanjungpinang (2)

Tragedi 24 Juli, Akhir dari Perjalanan Musisi Andy Liany

Tragedi 24 Juli, Akhir dari Perjalanan Musisi Andy Liany

Makam Juli Hendri a.k.a Andy Liany di TPU Taman Bahagia, Bukit Cermin, Tanjungpinang. (Foto: Yogi/batamnews)

TULISAN ini bagian kedua cerita perjalanan panjang musisi nasional asal Tanjungpinang Andy Liany. Bagaimana perjalanan hidupnya dari puncak karir yang harus diakhiri dengan kecelakaan malam kelabu di Juli 1995. 
 
-----------------------------------

Sore itu Tanjungpinang terlihat mendung. Perlahan hujan mulai turun. Daun-daun di Makam Taman Bahagia Sejahtera, Tanjungpinang, mulai basah, begitu juga ratusan kuburan yang ada di bukit itu. 

Beberapa bungkus bunga untuk para peziarah makam berjejer di atas pagar, di bagian balik pagar berdiri bocah kecil sambil menawarkan bunga itu. 

“Bunga bang, bunga bang,” katanya berdiri dan mendekati kami, belum lama ini. Kami pun membeli satu dari bunga tersebut. 

Kedatangan Batamnews.co.id ke makam bukan tanpa alasan. Di makam yang berada di Jalan Taman Bahagia, Tanjungpinang itu, terbaring jasad Andy Liany di persemayaman abadinya. Andy merupakan musisi dari Tanah Gurindam, yang namanya terkenal hingga ke Kanada.

Selang beberapa menit, Suhar penjaga makam datang. Ia pun tidak segan-segan mengantar kami ke peristirahatan terakhir Juli Hendri – nama asli Andy Liany -. 

Kuburan Andy berada tepat di bagian kanan pemakaman. Hampir berdekatan di pintu masuk sebelah kiri makam. Kuburannya bermarmer hitam dengan rumput hijau di atasnya.

Tidak seperti kuburan lainnya, di makam Andy terdapat dua nama. Satu di bagian sisi batu nisan, satu lagi di bagian bawah kuburan. Seperti musisi lain Andy memiliki dua nama.

Kedua tulisan itu berbeda, di bagian atas tertulis July Hendri Bin Saleh Rachim lahir Tanjungpinang, 19 Juli 1964, Wafat Jakarta 25 Juli 1995. Sedangkan bagian bawah tertulis Andy Liany The Best Selling Album “Sanggupkah” BASF Award.

“Setiap bulan ada saja yang datang ke makam ini mas, mulai dari orang Jakarta, Pekanbaru, ya teman-teman beliau,” kata Suhar penjaga makam Taman Bahagia sore itu. 

Ia mengatakan, yang ziarah ke makam Andy tidak satu dua orang, terkadang ada juga yang berramai-ramai. “Jadi setiap ada yang kesini, saya diminta untuk menunjukan tempat, kadang ada juga yang sudah sering ke sini, mereka langsung mendoakan almarhum,” katanya. 


Awal Menjadi Musisi Ternama Indonesia 

Pada tulisan pertama, akhirnya Andy berjumpa dengan Aswin Ratumbusang, sesorang guru yang mengajarinya teknik bernyanyi dengan baik. Ia digembleng selama satu tahun penuh, setelah berhenti kuliah kedokteran. Berhenti kuliah adalah bentuk tekadnya menjadi musisi terkenal. 

Dalam proses belajar teknik bernyanyi itu, Andy bertemu beberapa musisi lainnya seperti Pay, Indra Qadarsih, Ronal dan lainnya. Di saat itu ia mulai manggung di Pub Classic Rock Jakarta.

Pay sebagai musisi saat itu sangat menyukai suara Andy. Bersama temannya yang lain mereka merencanakan sesuatu yang besar yaitu mengikuti Djarum Fiesta Music Contest tahun 1987. Kontes perlombaan seluruh band Indonesia menjadi terbaik.

Ketika itu Andy bersama Pay, Boni, Indra Q Kybor, mengikuti ajang tersebut. Mereka menamakan grup mereka dengan sebutan “Chivas Band,”. Nama itu berasal dari salah satu nama minuman kegemaran Andy Liany ketika itu. 

Perlombaan dimulai, persaingan antara seluruh Band Indonesia. Lawan paling berat Chivas ketika itu Trapessium Band, salah satu band berkelas yang ditakuti. 

Pada akhirnya Chivas Band masuk ke dalam 10 band terbaik termasuk Trapessium. Ketika itu 10 band harus mengikuti final memperebutkan terbaik pertama. 

Andy bersama teman-temannya tidak menyerah. Di puncak acara lagu ciptakan mereka bertajuk Jumpa Ceria sama Kata Cinta (yang menceritakan langkah menuju harapan) ditampilkan. Tidak disangka Chivas keluar sebagai band terbaik pertama di seluruh Indonesia. 

Andy mendapat penghargaan sebagai The Best Vokalis begitu juga personel lain masing-masing mendapatkan penghargaan. 

“Waktu itu hadiahnya tiga juta, itu sudah besar saat itu, yang memberikan hadiah langsung Menpora (Menteri Pemuda dan Olahraga) Akbar Tanjung,” ujar Oj Rock, adik kandung Andy Liany bercerita.  

Di situ nama Andy dan kawan-kawan melejit. Beberapa surat kabar menampilkan mereka di halaman utama.

Baca: Andy Liany, Metamorfosa Si Bocah Pendiam Menjadi Bon Scott-nya Indonesia

Chivas Band mulai dilirik para produser, di pengujung tahun 1989 Andy dkk bertemu penulis lagu terkenal Lief AR. Ketika itu AR menuliskan lagu pertama untuk dinyanyikan almarhum Andy Liany bertajuk "Satu Cinta" tahun 1990.

“Lagu pertama itu dirilis tahun 1991, tampil perdana di RCTI, liriknya seperti ini “Getar nada nada kasih, akan terus selalu membayangi cinta pertama dulu," ujar Oj menyanyikan lagu abang kandungnya itu. 

Sejak itu karir Andy terus melejit. Ia mulai tur ke beberapa daerah seperti Bali, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Beberapa penampilan dibantu dengan musisi lain seperti Once Dewa 12 dan juga Fargat727. 

Setelah itu pada akhir 1992 Andy Liany bertemu bos Win Record, Erwin Indrawan, salah satu perusahaan musik terbesar. Saat itu Andy mulai menggarap album dengan serius bersama Win Record. Sebanyak 10 lagu sekaligus dibuatnya bersama dengan musisi andal Indonesia lainnya.

Setelah penggarapan setengah tahun, akhirnya album pertama “Misteri” itu keluar secara nasional. Penjualannya tembus 470.000 keping di seluruh Indonesia. 

Ia pun mendapat penghargaan sebagai musisi pendatang baru, dan juga Vocalist Rock Alternative Indonesia kategori BASF Award 1993. 

Masih dengan album Misteri, Andy juga mendapatkan penghargaan “The Best Selling Album, “Sangupkah”. Tiga penghargaan didapatkannya sekaligus  merupakan rekor pertama ketika itu, seorang musisi mendapatkan tiga penghargaan sekaligus. 

Beberapa tropi dengan bentuk emas murni ia dapatkan, tidak hanya itu terdapat juga bonus rumah, mobil, jalan-jalan ke Amerika dan lainnya. 

Ketika itu nama Andy ditulis di Hall of Fame, Kanada dengan tinta emas. Di sana seluruh musisi terbaik dari masing-masing negara dituliskan namanya, termasuk putra asal Tanjungpinang itu. 

Di masa itu nama Andy Liany diperhitungkan dunia musik Indonesia. Apa yang ia dapat tidak berhenti di sana, Andy melanjutkan menggelar beberapa tur ke wilayah seluruh Indonesia. 

Hidupnya yang melejit ketika itu tidak membuatnya besar kepala. Dia terkenal tetap pendiam. “Bahkan ketika tur itu dia nyetir mobil sendiri,” kata Oj.  

Tangisan Andy Ketika Album Antara Kita Dibajak 

Masuk tahun 1993 akhir, Andy mempersiapkan album kedua. Album tersebut bertajuk “Antara Kita”. 

Antara Kita menceritakan misteri percintaan almarhum dengan seseorang. Setiap album yang dibuatnya tidak lepas dari kehidupan pria yang tinggal di Jalan Sumatera, Tanjungpinang itu. 

Seperti album pertama “Misteri” menceritakan kisah Andy meninggalkan kota kecil kelahirannya Tanjungpinang. Di album Antara Kita, Andy menyelipkan rasa cintanya kepada sosok gadis yang akan dinikahinya. 

Album tersebut melejit begitu kencang. Hampir sama dengan penjualan album pertamanya.

Namun, pembajakan pun terjadi di album yang mengisahkan kekasihnya itu. Hampir jutaan keping dibajak di Indonesia, terutama di wilayah timur. 

Andy pun tidak bisa menahan kekecewaannya. Bahkan mengetahui album itu dibajak orang, ia tak bisa menahan tangis. 

“Ketika tahu itu dibajak, jadi ketika pulang tur atau manggung Almarhum nangis, kok dibajak,” kata Oj. 

Album Ketiga Akhir dari Cerita

Pada masa itu, kesuksesan sudah berada di tangan Andy, semua yang ia mimpikan terwujud baik lahir maupun batin. Namun ia terus menjunjung tinggi komitmen sebagai seniman sekaligus musisi sejati. 

Andy melanjutkan album ketiga bertajuk “Cinderamata”. Album itu hanya sampai setengah penggarapan sebelum ia pergi untuk selamanya. 

Pada akhir 1994 album “Cinderamata” baru siap dengan lima lagi. Di dalam album tersebut terdapat beberapa lagu seperti “Aku vs Kamu”.

Tepat pada 24 Juli 1995 malam, Andy kedatangan sahabatnya dulu dari Tanjungpinang. Sekitar lima orang datang ke rumahnya di Jakarta. Pada malam itu kecelakaan terjadi. 

Pesan Terakhir Andy kepada Oj untuk Menjaga Semuanya 

Malam itu Andy sedang asik menggarap album ketiganya di rumah Jakarta. Sekitar lima orang temannya datang dari kota kelahiran Andy, Tanjungpinang. 

Ketika malam itu juga, Andy pergi bersama teman-temannya tersebut membeli beras, ayam kampung untuk dimasak. Memang malam itu Andy merencanakan ingin merayakan keberhasilan dengan teman-teman gang Potlot, begitu juga teman dari Tanjungpinang.

“Almarhum juga suka memasak,” kata Oj.  

Ketika itu Andy pamit untuk terakhir kali kepada Oj. Tidak seperti biasanya ia menitipkan kunci rumah dan meminta Oj menjaganya. 

“Almarhum (Andy) sempat ngomong titip kunci, aku pergi belanja jaga rumah ya. Kalau sudah selesai urusan di sana balik langsung ke rumah,” ujar Oj menceritakan terakhir kali ia bertemu dengan sang kakak.

Biasanya kunci rumah dititipkan Andy ke Marni, asisten rumah tangga. Tetapi kali itu ia memberikan kepada Oj. Setelah itu Andy pergi bersama teman-temannya begitu juga Oj pergi ke tempat musisi lainnya. 

Sekitar pukul 11 malam, Oj ditelepon dan seseorang menanyakan sesuatu. “Apakah ini keluarga July Hendri, ia kecelakaan mobil,” bunyi suara dari balik telepon kepada Oj. 

Ketika itu Oj tidak percaya. Begitu juga temannya yang lain. Setengah jam lagi datang telepon dari seseorang yang mengaku sebagai dokter memberitahukan hal yang sama. 

Ketika itu tubuh Oj langsung lemas, lututnya tak bisa bergerak. Begitu juga teman musisi lain ketika itu ada teman-teman Gigi Band, Dewa Bujana, Tomas, Ronal, Arman Maulana. Semuanya berangkat langsung ke RS di Karawang setelah mengetahui Andy kecelakaan. 

Ketika itu pihak rumah sakit tidak memberitahu kepergian Andy, hanya saja disuruh datang. Sesampai di rumah sakit, Oj bersama lainnya menunggu di luar. Selang beberapa jam sekitar subuh, Oj dipanggil dokter. 

“Dokter bilang kami sudah berusaha semaksimal mungkin, maaf abang anda July Hendri meninggal dunia,” ujar dokter seperti diulang Oj.

Ketika itu Oj langsung jatuh, semua kawan-kawan lain berteriak. Suasana pecah dan penuh tangisan. Bahkan ketika itu Oj tidak bisa bergerak sedikitpun. 

“Semuanya berteriak, menangis, tidak tahu apa yang mau saya lakukan,” kata Oj mengenang pertama kali mengetahui Andy pergi untuk selamanya.

Saat itu semuanya harus menerima keadaan tersebut. Tapi banyak musisi lain tidak percaya dengan kejadian tersebut. 

Kondisi almarhum di kamar jenazah tidak terlalu banyak luka. Hanya saja di bagian sebelah dada biru kecil. 

Menjelang pagi, kawan-kawan almarhum maupun musisi nasional lainnya meminta Andy disemayamkan satu hari di Jakarta sebelum dipulangkan ke Tanjungpinang. Karena mereka ingin melihat Andy untuk terakhir kali.

Keesokan harinya, Andy langsung diterbangkan ke Batam menggunakan pesawat khusus, lalu menyeberang menggunakan kapal ke Tanjungpinang. Rumahnya yang berada di jalan Sumatera sesak. Ribuan orang berdatangan, begitu juga ketika di Jakarta. 

Almarhum terlihat berteman dengan semua orang mulai dari musisi, pejabat, tukang parkir dan lainnya. Ribuan orang juga mengantarkan Andy ke peristirahatannya terakhir di Taman Makam Bahagia Tanjungpinang. 

Perjuangan Andy Liany tidaklah mudah, berawal dari bakat bernyanyi di TK, hingga namanya tertulis di Hall of Fame Kanada. Namun, tidak untuk di kampung halamannya, tidak ada terpatrikan nama Andy kecuali dua nama di Makam Taman Bahagia.

Laporan Yogi Eka Sahputra.


 


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews