Begini Langkah Pemerintah Batam Sikapi Jebloknya Harga Bayam

Begini Langkah Pemerintah Batam Sikapi Jebloknya Harga Bayam

Petani bayam di kawasan Tembesi, Sagulung, Batam. (Foto: Johannes Saragih/batamnews).

Batam - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Batam akan melakukan pemetaan (mapping) untuk pertanian di Kota Batam, menyusul jebloknya harga komoditas sayuran, khususnya bayam.

Pengarah TPID Batam, Gusti Raizal Eka Putra mengatakan pemetaan tersebut merupakan langkah untuk menyikapi peristiwa petani bayam yang membuang hasil panen karena harga jualnya jeblok.

"Ini sudah disepakati, masuk dalam program kerja 2019. Kita lakukan mapping. Di mana saja, apa yang ditanam, dan berapa hasilnya," ujar Gusti usai rapat TPID di Kantor Wali Kota Batam, Rabu (27/2/2019). 

Upaya ini dilakukan bertujuan agar hasil pertanian nantinya akan beragam, sehingga ketika panen tidak ada lagi kejadian petani membuang hasil panennya. Karena hal ini akan membuat surplus terhadap hasil pertanian di pasar. 

Selain itu juga, hasil pertanian dari luar Batam memiliki harga yang lebih murah. 

"Kita masih mendatangkan hasil pertanian dari luar daerah, jadi nanti ada pengarahan ke petani supaya mereka betul-betul menanam di musim paceklik," jelasnya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Batam Amsakar Achmad mengatakan Pemerintah Kota Batam melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian siap membantu petani bayam di Tembesi tersebut.

Baca: Petani Anggap Biasa Fluktuasi Harga Bayam di Batam

Upaya tersebut berupa membantu pendistribusian hasil panen ke pasar-pasar di Kota Batam. 

"Pertama, untuk distribusikan ke berbagai kios atau titik pasar tertentu. Kita yang ambil peran," ujar Amsakar pada kesempatan yang sama. 

Selain itu upaya lain yang akan dilakukan yaitu menyiapkan tempat penyimpanan (cold storage) agar hasil pertanian bisa bertahan lama. Untuk itu pihaknya bisa bekerjasama dengan pihak swasta. 

"Mungkin kalau kita sendiri menyiapkan cold storage itu agak berat, tapi kita punya mitra di pasar besar seperti di Pasar Aviari atau Mitra Raya, kita coba," kata dia. 

Sebelumnya diberitakan para petani bayam di Tembesi menghancurkan hasil panennya berupa bayam karena harga jual di pasar hanya Rp 1.500 per kilogram. Hal itu tidak sesuai dengan beban operasional yang dikeluarkan. 

(ret)
 


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews