Petani Anggap Biasa Fluktuasi Harga Bayam di Batam

Petani Anggap Biasa Fluktuasi Harga Bayam di Batam

Petani bayam di kawasan Tembesi, Sagulung, Batam. (Foto: Johannes Saragih/batamnews).

Batam - Harga bayam di Batam, Kepulauan Riau terjun bebas di harga terendah. Di tingkat petani, satu kilogram bayam dihargai Rp 1500.

Kondisi ini sudah berlangsung dalam sebulan terakhir. Bahkan, pada saat tertentu, harga sayuran yang mengandung vitamin A ini hanya dibanderol seribu rupiah saja.
 
Namun demikian, kalangan petani di kawasan Tembesi, Sagulung menganggap fluktuasi harga bayam hal yang biasa. 

Baca: Harga Sayur di Batam Jeblok, Mukidi: Koperasi Bukan Solusi

Parmin, petani di Tembesi mengungkapkan anjloknya harga bayam acap terjadi saat kemarau tiba. Pada musim ini, dia menyebut bayam mudah tumbuh.

Bahkan Parmin mengaku ada teman petaninya yang menjual dengan harga Rp 1000 kepada pengepul sayur dari Nagoya. Namun di sedikit bisa bernafas lega karena beberapa sayur miliknya bisa dijual dua kali lipat kepada pedagang pasar kaget. Setidaknya Parmin mendapat harga Rp 3 ribu untuk setiap kilogram bayam. 

"Itu tergantung gimana bosnya sih mba, kalau bosnya Nagoya ya murah. Kebetulan bayam saya tak dijual di Nagoya semua," kata Parmin, Selasa (26/2/2019).

Turunnya harga bayam, menurut Parmin, bukan hanya diakibatkan stok yang melimpah di petani. Serbuan komoditas serupa dari Tanjungpinang juga ikut berpengaruh.

Beberapa petani yang kesal memilih membabat habis kebun bayamnya agar bisa ditanam kembali bibit yang lain. Pembabatan ini sempat viral di media sosial kemarin. 

Namun menanggapi hal ini, Lukman petani lainnya mengatakan hal itu tinggal bagaimana rasa syukur dari setiap petani. Menurutnya naik turun harga sudah biasa terjadi.

"Biasa itu apalagi buat kita petani. Toh kita kan juga pernah merasakan untung besar ketika harga tinggi. Paling bedanya saat murah kita tidak bisa menyisihkan uang saja" katanya. 

Fenomena viralnya pembabatan lahan tersebut terjadi karena petani sudah mulai mengenal teknologi. Sehingga petani bisa mengunggah kegiatan tersebut di media sosial. 

Naik turunnya harga sayur bukanlah pertama kali dirasakan oleh petani. Hal itu menurut mereka sudah terjadi sejak lama. 

"Giliran harga turun saja viral, giliran harga tinggi diam-diam saja," ucapnya. 

(das)
 


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews