Harga Sayur di Batam Jeblok, Mukidi: Koperasi Bukan Solusi

Harga Sayur di Batam Jeblok, Mukidi: Koperasi Bukan Solusi

Seorang petani di Tembesi memanen singkong. (Foto: Johannes Saragih/batamnews)

Batam - Harga sejumlah komoditas sayur di tingkat petani Batam jeblok dalam beberapa hari terakhir. Saran pemerintah agar petani bergabung ke koperasi dianggap bukan solusi.

Pemerintah menilai dengan bergabung ke koperasi, petani akan lebih teratur dalam pola tanam. Tujuannya, agar petani bisa dikelompokkan untuk penanaman jenis sayur dan tidak terjadi membanjirnya stok hasil tani yang sama. 

Mukidi, salah seorang petani di Tembesi, Sagulung mengungkapkan koperasi tidak memberikan manfaat apapun bagi petani. 

Bergabung ke koperasi pernah dicoba oleh petani di Tembesi. Namun sayangnya, keberadaan koperasi justru pasif dan tidak berdampak apapun. 

"Koperasi itu bukan jawaban, pernah dicoba petani sini bergabung, tapi percuma kalau tak berjalan," kata Mukidi, Selasa (26/2/2019).

Terkait kondisi pertanian di Kota Batam, dia berharap pemerintah turun tangan langsung dengan memberikan aksi nyata membimbing petani. 

"Kalau memang harga sayur lagi rendah, sayur tidak laku. Kalau bisa pemerintah terjun langsung bimbing kami tanaman apa yang seharusnya ditanam petani, dan memiliki daya jual bagus," katanya. 

Seperti halnya yang saat ini sedang terjadi dimana petani keluhkan daya jual bayam dan singkong. Untuk bayam, harga di tingkat petani dibanderol per kilogramnya Rp 1500 dan untuk singkong dijual mulai dari Rp 1500 - Rp 3 ribu. 

Petani singkong memiliki nasib lebih miris daripada petani bayam. Walaupun harga singkong sedikit lebih tinggi, namun petani mengaku lebih susah menjual singkong karena tidak ada pembeli. 

Beberapa petani mengaku, hasil panen singkongnya justru berakhir untuk makan sapi. Hal itu karena usia singkong sudah 1,5 tahun namun tak kunjung ada pembeli. 

(das)
 


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews