Menggali Minat dan Membentuk Fondasi Kehidupan Anak Sejak Dini

Menggali Minat dan Membentuk Fondasi Kehidupan Anak Sejak Dini

Sagala Riana Bakkara (Foto : Batamnews)

Hidup ini sesungguhnya adalah tentang hubungan bagaimana kita berhubungan dengan diri kita sendiri, orang lain dan dunia. Maka fondasi kehidupan yang perlu dipersiapkan dengan baik agar dapat melangkah dalam melintasi dunia yang ganas adalah kemampuan berelasi. Fondasi kehidupan (Ho-Huan, Jenni: 2013) berlandaskan kepada 4 elemen yaitu:

1.    Keamanan. Rasa aman yang diperoleh anak tentunya diperoleh dari orangtua, papa mama yang melindungi dan mengasihinya

2.    Kepercayaan. Membangun kepercayaan seorang anak adalah dengan menyakinkan bahwa anak memiliki sosok yang dapat diandalkan dan diberi ruang untuk layak dipercaya. Jika anak sudah merasa aman dan percaya, maka ia akan lebih leluasa untuk bereksplorasi dan mengembangkan darinya

3.    Komunikasi dipelajari dan menjadi suatu keterampilan hidup ketika seorang anak merasa dipahami dan diterima. Anak-anak yang berbicara dengan baik adalah mereka yang memang sering diajak bicara

4.    Penguasaan diri memberikan anak rasa kendali serta kekuatan atas dirinya sendiri dan lingkungannya. Dengan penguasaan diri, anak mampu mengatur gerakan, perasaan, pilihan kata dan tindakannya. 

“saya tidak ingin kehilangan indahnya masa mengasuh anak”

Hal lain yang perlu kita, para orangtua patut tanamkan adalah menerima jati diri anak sepenuhnya. Menjadikan mereka serupa dengan rupa yang telah digariskan oleh Sang Pencipta. 

Hendaklah kita menggali apa yang sudah menjadi inner skill dari anak-anak kita dan ingat jangan sekali-kali memaksakan apa yang menjadi maunya kita selaku orang tua, tetapi galilah talenta yang sudah dibawanya sejak lahir. Ma, jangan abaikan bakat dan minat anak-anak kita. 

Karena bisa jadi bakat merekalah yang akan membawa dan memberi kehidupan bagi masa depan mereka kelak. Melalui pendidikan, talenta anak-anak kita diasah. Pendidikan adalah sebuah proses. Proses pembentukan watak dan karakter anak. Proses dimana anak mengeksplorasi ide-ide murni mereka, dan tempat mereka menggali dan menemukan setiap jawaban dari proses pemikiran mereka. Sebagai orangtua, hendaklah turut serta secara aktif dalam proses tersebut. 

Karena proses pembelajaran yang terjadi pada usia emas hanya terjadi satu kali. Usia emas anak-anak kita tidak akan terulang kembali. Hal ini yang mendasari saya untuk fokus mencermati serta berpartisipasi langsung dalam proses tersebut. Hingga pondasi berpikir mereka terbentuk kokoh. 

Bukan hanya pola pikir saja yang terbentuk melainkan pembentukan karakter dan penerapan regulasi sedini mungkin. Jika aturan dasar dan perilaku telah terbentuk, maka anak-anak dapat dengan mudah menerapkannya sejak mereka belia hingga dewasa kelak. 

“Kelak, dihari esok masa kanak-kanak ini akan kita rindukan. Maka, pergunakanlah periode emas ini dengan sebaik-baiknya”. Untuk mendukung terbentuknya pola pikir yang kritis (critical thinking) pada anak-anak,. Kenalkan mereka pada bahan bacaan atau buku-buku yang mampu menggugah gagasan serta ide inspiratif anak. Sajikan buku-buku yang padat gizi bagi anak. 

Pertanyaanya, kapan anak kita perkenalkan pada buku? Ya, sedini mungkin. Diawal kehidupannya. Konyol ya kelihatannya. Masa iya anak usia 0 bulan disuguhi buku. Namun, justru disaat itulah, saat anak kita masih putih bersih bagai kertas kosong. Kitalah yang bertanggungjawab untuk mengisi sisi memori mereka dengan kebiasaan dan teladan yang baik; yang satu hari nanti dapat berkontribusi bagi tumbuh kembang mereka. 

So, let’s treat our children better than what our parents have practiced to us. How? Learn more and read more. Karena menjadi orangtua itu tidak ada sekolahnya, sepantasnyalah kita berperan aktif untuk mengedukasi diri kita agar misi mulia yang sedang kita emban mampu kita laksanakan.

Sumber: 
Cinta yang berpikir, Charlotte Mason;Ellen Kristie
Membentuk fondasi kehidupan, Jenni Ho Huan

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews