Penyiksaan Mantan Pesepakbola PSP Padang di Batam, Keluarga Sampai Tak Kenal

Penyiksaan Mantan Pesepakbola PSP Padang di Batam, Keluarga Sampai Tak Kenal

Organisasi Gema Minang saat menjenguk Ali di RS Harapan Bunda (Foto: Batamnews)

Batam - Kekejaman para pelaku yang diduga menculik dan menganiaya Ali Syofnevil, benar-benar mengiris hati. Bahkan adik kandung Ali, Arif Handaya, sempat tak mengenali lagi abangnya itu.

Saat itu Ali sudah berada di Polsek Lubukbaja. Ia ke sana setelah mendapat informasi abangnya sudah ditemukan.

Kondisi Ali sangat parah. ”Udah gak kebayang saya aja lemas, saat itu udah bukan kayak dia lagi, mukanya hancur bercucuran darah,” kata Arif, Selasa.

Saat membopong abangnya arif mengaku sempat memalingkan muka. 

“Saya memalingkan muka bukan karena saya jijik lihat abang saya, tapi saya ga tega lihatnya,” katanya.

Arif pertama kali mendapat informasi adanya penculikan tersebut pukul 15.00 Wib. Sore itu salah satu istri Ali di Jakarta meminta tolong mencarikan suaminya. 

“Sore itu kakak telpon, ngasih kabar kalau abang dipukulin, dan minta tolong untuk cariin,” ungkapnya.

Mendengar kabar tersebut, Arif langsung bergegas mencari abangnya dan mengumpulkan massa untuk berkumpul di kawasan Baloi, Bioskop 21 lama. 

Saat itu laporan pertama yang dia dapat bahwa Ali di bawa dari Batu AJi Ke Pasar Induk.

Tanpa pikir panjang, Arif langsung keliling Pasar Induk. Namun dalam pencariannya tak juga di temukan abangnya. 

Arif berinisiatif untuk menelepoon Polsek Lubuk Baja, dan mendapat informasi ada perempuan yang membuat laporan melihat kejadian pemukulan itu. 

Saat itu Arif akhirnya berpikir untuk menelepon ketua Ikatan Pemuda Karya (IPK) yang lama. Dari situ dia mendapat informasi jika Arif menuju Polsek Lubuk Baja. 

Pukul 17.20 Arif tiba di Polsek Lubuk Baja dan menanyakan keberadaan abang angkatnya tersebut. Arif mengaku sempat ditanya hubungannya dengan korban. 

“Ditanya siapanya, saya jawab adik angkat korban, baru satu orang busernya itu ke atas panggil abang saya,” katanya

Melihat kondisi abangnya, Arif memohon untuk membawanya ke rumah sakit dan meminta pihak kepolisian menjebloskan keempat pelaku ke penjara. 

“Saat itu saya tidak terima, saya bilang ke polisi untuk menjebloskannya ke penjara, selanjutnya urusan hukum itu urusan polisi,” jelasnya.

Setelah bertemu dengan Arif, Ali Syofnevil langsung di bawa ke Rumah Sakit Elisabeth Batam Kota. 

Ali baru diperiksa pukul 20.00, saat itu Arif baru menghubungi anak Ali untuk menjemput papanya. tak lama kemudian istri dan anak Ali datang ke RS Elisabeth Batam Kota.

Setelah diperiksa ternyata Ali harus di CT Scan. Dan fasilitas tersebut tidak ada disana. Akhirnya dia dibawa ke RS Budi Kemuliaan untuk pemeriksaan CT Scan. 

Setelah mendapatkan pemeriksaan CT Scan, Arif meminta untuk di rawat di RSHB karena istrinya bekerja di rumah sakit tersebut.

Ali Syofnevil korban pengeroyokan keempat anggota sebuah ormas kepemudaan. Ia baru dilepas dari penyiksaan pukul 17.00 Wib. 

Diantar ke Polsek

Saat itu Ali mengaku tidak benar-benar bebas karena keempat terdakwa membawanya ke Polsek Lubuk Baja dan melaporkan dengan tuduhan melarikan istri orang. 

“Karena merasa diri dia hebat sebagai ketua IPK, mereka mengantar saya ke Polsek Lubuk Baja setelah puas menyiksa, dan melaporkan dengan tuduhan melarikan istri orang,” katanya. 

 Walaupun mengalami luka parah, Ali bersyukur dirinya tidak hilang kesadaran. “Alhamdulillah walaupun badan saya hancur, saya tidak sempat pingsan,” ungkapnya.

Ali mengaku hal yang dialaminya adalah kejahatan yang kompleks. “Ini ya penculikan, penyekapan, modus, penganiayaan, dan pemerasaan,” katanya.

Saat penyekapan Istri Ali sempat di Video Call oleh Ketua IPK yang melukainya. Dia meminta tebusan uang Rp 30 juta. Uang tersebut semakin dinaikkan menjadi Rp 50 juta karena alasan harga diri. 

Saat video call tersebut ali sempat dipukuli oleh keempat terdakwa. Anak Ali histeris ketika melihat gambar ayahnya dipukuli. Hingga kini anak tersebut masih demam karena trauma.

Tiga orang pelaku berhasil diringkus polisi sedangkan satu orang lagi kabur.

Disiksa

Berbagai kekerasan diterima Ali saat penyekapan, mulai dari pemukulan menggunakan besi, memaksa menelan api rokok. Sedangkan kemaluannya, disulutkan api rokok, membakar dengan korek gas hingga disetrum. 

Saat penyiksaan, mata Ali juga di tutup menggunakan celana yang di gunakannya. Setelah puas, Ali disuruh menggunakan celananya kembali. 

Akibat kejadian tersebut total 24 jahitan kepala dan kemaluan diterima Ali.  Luka pada kepalanya juha sudah sampai mengenai tengkorak kepala. Pembuluh darah di bawah selaput mata Ali tampak mengalami pendarahan

Hingga hari ini, Ali masih terbaring di Rumah Sakit Harapan Bunda. Ali masih dibantu dengan selang oksigen untuk bernafas. Serta susah untuk menelan makanan karena tulang di kedua pipinya retak.

(das)

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews