Ibu dan Anak Asal Indonesia Berebut Warisan Uang Miliaran di Singapura

Ibu dan Anak Asal Indonesia Berebut Warisan Uang Miliaran di Singapura

Lilyana dan Jhon Arifin (Foto: Liang Bao)

Singapura - Pada tahun 2007, seorang wanita Indonesia dan putra sulungnya membuka rekening bank bersama di Singapura dan menyetor hampir US $ 850.000 (S $ 1,17 juta).

Uang itu kemudian tersebar di tujuh rekening ibu dan anak itu.

Sekarang, Madam Lilyana Alwi, 86, menuntut putranya, fotografer di Singapura, John Arifin (62), karena diduga menyalahgunakan setidaknya $ 500.000 dari rekening tersebut.

Seperti dikutip dari Straitstimes.com, Lilyana berpendapat bahwa semua uang dalam rekening miliknya, sementara putranya mengatakan uang itu dimaksudkan untuk dibagi dua.

Madam Lilyana menginginkan pengadilan mengizinkannya menarik uang yang tersisa di rekening, yang dibekukan oleh bank pada tahun 2014, karena informasi yang bertentangan dari keduanya.

Dia juga ingin Arifin mempertanggungjawabkan jumlah yang diduga disalahgunakan, sehingga dia dapat memastikan berapa yang harus dibayarkan kepadanya.

Selain itu, dia ingin dia mengembalikan perhiasan yang dia berikan kepadanya untuk disimpan.

Arifin telah dituntut balik, menegaskan bahwa dia berhak mendapatkan separuh uang di rekening.

Dia mengatakan semua penarikan adalah keputusan bersama dan mengandalkan dokumen yang ditandatangani oleh ibunya untuk menunjukkan bahwa mereka telah sepakat.

Adapun mengenai perhiasan, ini telah diberikan kepada istri dan anak perempuannya selama bertahun-tahun, katanya.

Kasus itu kemudian disidangkan di Singapura pada Selasa, 14 Agustus lalu.

Pengadilan mendengar bahwa setoran awal sebesar US $ 849.581,36 berasal dari hasil penjualan properti Indonesia yang dimiliki oleh suami Madam Lilyana, pengusaha Hasan Arifin, yang meninggal pada tahun 2010.

Madam Lilyana, yang diwakili oleh penasihat hukum Deborah Barker dari Withers Khattarwong, berpendapat, bahwa suaminya bermaksud memberikan uang kepadanya sebagai hadiah.

Dia mengatakan pasangan itu memutuskan untuk menyimpan uang di Singapura. Kemudian John Arifin menyarankan ibunya membuka rekening bersama sehingga dia bisa membantunya mengelola dana.

Pada tahun 2014, ia menemukan bahwa putranya telah menyalahgunakan uang selama bertahun-tahun, katanya.

Ini termasuk $ 335.000 yang ditarik pada tahun 2008 setelah ia diduga salah mengartikan bahwa ia ingin menyiapkan dana untuk cucu-cucunya.

(snw)

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews