Sandiaga dan The Greater Fool Theory

Sandiaga dan The Greater Fool Theory

Suyono Saputro (Foto: Batamnews)

Sejatinya, pasar modal dan investasi selalu dipengaruhi oleh berbagai keyakinan dan harapan yang irasional dari para pelaku yang terlibat di dalamnya.

Di antara sekian banyak pelaku pasar itu, ada yang disebut dengan the greater fool, yaitu orang-orang yang bersedia membayar berdasarkan valuasi tertinggi untuk barang yang terlanjur over-valued.

Para the greater fool ini adalah spekulan yang mampu membaca fenomena dan proyeksi masa depan dengan lebih baik, bahwa investasi yang dia keluarkan hari ini akan menghasilkan pengembalian berlipat pada masa datang.

Menyikapi gonjang ganjing perpolitikan tanah air beberapa hari ini, Saya tertarik dengan manuver Sandiaga Uno yang tiba-tiba muncul menjadi calon kuat Wakil Presiden mendampingi Prabowo Subianto, ditengah isu panas yang digulirkan Andi Arief soal mahar politik senilai Rp1 triliun kepada dua partai pendukung oposisi.

Padahal nama-nama yang digadang-gadangkan untuk menjadi Cawapres Prabowo sesuai ijtima ulama adalah Salim Segaf Aljufri dan Ustad Abdul Somad, disamping nama potensial lain seperti Agus Harimurti Yudhoyono.

Mencermati eskalasi yang ada, saya terpikir mengkaitkan the greater fool theory ini dengan manuver Sandiaga dalam kontestasi pemilihan calon Wakil Presiden. Terlepas dari benar atau tidak ada mahar politik itu, saya menilai Sandiaga adalah the greater fool dalam kancah perpolitikan tanah air dan tentu saja dalam konteks positif.

Keputusannya untuk masuk jalur politik setelah sekian puluh tahun berkecimpung dalam dunia bisnis dan investasi tentunya bukan tanpa perhitungan layaknya pakar investasi.

Seolah sudah mencapai titik klimaks ketika dia terpilih sebagai Wakil Gubernur mendampingi Anies Baswedan, sang Gubernur DKI Jakarta, tapi ternyata belum!

Banyak pihak memandang Sandiaga bakal menjadi tokoh alternatif dalam suksesi kepemimpinan nasional, 5 atau 10 tahun mendatang.

Saya berharap malam nanti Prabowo akan mendeklarasikan Sandiaga sebagai pasangan Cawapres-nya. Karena berdasarkan kalkulasi politik, Sandiaga memiliki syarat paling lengkap dibandingkan calon lain.

Dia masih muda dibawah 50 tahun, berpendidikan, pengusaha yang sukses dengan kekayaan berlimpah, akrab dengan gerakan 212, dan paling netral untuk diterima oleh partai koalisi lainnya.

Untuk menghadapi medan pertempuran pada April 2019 mendatang tentu harus punya amunisi yang besar selain juga taktik yang tidak sederhana. The greater fool sangat paham game theory dan arti spekulasi menghadapi intrik dari pihak lain.

Yang paling penting adalah tetap menjaga asa Gerakan 212 yang sukses mengantarkan Anies-Sandi sebagai Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta. Gerakan ini tidak bisa dianggap sepele karena sudah menjadi bola salju hingga ke pelosok negeri.

Jadi kalau saya pikir, ini bukan sekedar cerita jenderal kardus sebagaimana celotehannya Andi Arief, tapi bagaimana menelisik taktik politik yang dimainkan oleh Prabowo dan Sandiaga dalam mencari peluang mengalahkan dominasi Jokowi tahun depan.

Dalam realita pasar modal, memang the greater fool sebaiknya dihindari, karena cenderung greedy dan suka membeli pada harga tertinggi tanpa pertimbangan dan alasan yang jelas.

Tapi dalam kasus Sandiaga ini, saya yakin dia sangat paham apa yang dia tanam hari ini pasti memberikan manfaat pada masa datang, walaupun harus dibayar mahal untuk barang [baca: posisi Wapres] yang memang harganya sudah over-valued.

Semoga prediksi ini tidak meleset!

Penulis adalah akademisi Universitas Internasional Batam dan Staf Ahli Bidang Ekonomi Kadin Provinsi Kepri, berdomisili di Batam.


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews