Anfield Wibowo, Remaja Asperger yang Hasilkan Ratusan Lukisan

Anfield Wibowo, Remaja Asperger yang Hasilkan Ratusan Lukisan

Anfield Wibowo, remaja asperger yang jago melukis. (Foto: Liputan6.com)

Didiagnosis sindrom asperger dan tunarungu tak membuat Anfield Wibowo kehilangan sinarnya. Di usia belia, remaja 14 tahun ini sudah menunjukkan ketertarikannya di dunia seni lukis. Anfield paling tidak sudah menghasilkan 300-an lukisan dan bakal melakukan pameran tunggal untuk keempat kalinya.

Anak semata wayang pasangan Donny dan Vera ini mulai senang corat-coret sejak usia dua tahun. Seiring bertambahnya usia, ketertarikan Anfield terhadap melukis terlihat jelas.

Remaja kelahiran Jakarta, 19 November 2004 ini melukis dengan berbagai gaya, seperti ekspresionis, naturalis, abstrak, dan lainnya. Hal itu dilakukan sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran dan imajinasinya.

"Anfield memiliki imajinasi yang mengembara. Apa pun yang ada dalam pikirannya akan dilukis. Dia dapat melukis dengan berbagai macam gaya," kata Donny saat ditemui di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, bersama Anfield beberapa saat lalu. 

Menurut Donny, melukis merupakan media Anfield dalam mengekspresikan diri, menuangkan visi misi, dan imajinasi. Selain itu, melukis merupakan salah satu bagian dari terapi.

Memiliki hobi melukis, Anfield pun bergabung dalam komunitas seni Art Brut. Komunitas ini sudah seringkali mengadakan pameran dari berbagai karya yang telah dihasilkan pesertanya. 

Berbagai hasil karya Anfield sudah banyak yang dipamerkan dalam pameran gabungan atau tunggal. Biasanya pameran tersebut dilakukan sebagai bentuk apresiasi dan bertujuan untuk melawan stigma masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus.

Sementara itu, sebagian hasil karya yang telah dihasilkan Anfield disumbangkan ke berbagai yayasan sebagai bentuk charity. Salah satu yang dibantu dari hasil karyanya adalah Yayasan Sayap Ibu.

"Sudah banyak karya Anfield yang disumbangkan ke yayasan. Biasanya, saat pameran tunggal akan diadakan lelang dan 100 persen hasil lelang nantinya akan diberikan ke yayasan dan panti asuhan sebagai Charity. Sejauh ini, sudah 10 hingga 15 karya Anfield yang sudah dilelang," kata Donny.

"Dari hasil karya lukis Anfield, sebanyak 20 hingga 30 persen dikomersilkan agar masyarakat dapat memilikinya dan Anfield dapat menjadi bagian dari masyarakat. Sebagian lainnya untuk charity dan sisanya lagi biarkan Anfield yang menentukan nantinya," tambah Donny.

Sebagai orang tua, tentu akan memberikan dukungan penuh dan memfasilitasi putranya dalam berkarya. 

Diagnosis asperger di usia 10

Anfield didiagnosis sindrom asperger pada usia 10. Sebenarnya, Donny dan istri mulai merasa buah hatinya cenderung susah bersosialisasi dan berinteraksi sejak usia tujuh tahun.

Menurut laman WebMD, sindrom asperger adalah kondisi yang dikategorikan sebagai gangguan spektrum autisme, dan lebih ringan dibanding spektrum autisme yang lain. Penyandang asperger memiliki kecerdasan yang sama atau bahkan lebih dari orang-orang kebanyakan. Namun, orang dengan asperger memiliki masalah dengan keterampilan sosial.

Selain itu, orang dengan asperger juga cenderung obsesif pada suatu topik atau senang melakukan hal yang sama lagi dan lagi. 

Mendapati anaknya didiagnosis sindrom asperger, Donny dan Vera melihat dari perspektif yang berbeda. 

"Setiap manusia atau individu dilahirkan secara unik dan meiliki perspektif yang berbeda. Hal itulah yang dapat memperkaya manusia dan dunia," ucap Donny.

Ia pun berharap agar Anfield bisa menjadi sosok mandiri dan berkarya dengan kondisinya. 

"Harapan saya sebagai orang tua Anfield dan mewakili orang tua lain yang juga memiliki anak 'berkelebihan' khusus tentu menginginkan anaknya untuk mandiri dan tetap berkarya. Sehingga, nantinya bisa berguna untuk orang disekitarnya yang membutuhkan dia dan menjadi inspirasi untuk orang lain. Berguna untuk masyarakat, orang-orang kecil, dan negara," harapnya.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews