Pelaku Usaha Akui Statemen Ketua Apindo Kepri soal Kelesuan Ekonomi

Pelaku Usaha Akui Statemen Ketua Apindo Kepri soal Kelesuan Ekonomi

Toko handphone di Nagoya Hill yang tampak sepi pembeli beberapa waktu lalu (Foto: Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Kekhawatiran Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kepulauan Riau Ir. Cahya terkait kondisi investasi dan ekonomi di Batam sangat terasa. Sejumlah pedagang mengeluhkan minat beli konsumen.

“Benar apa yang dikatakan Pak Cahya, sekarang semua lagi sepi,” ujar Heri, seorang pedagang handphone di pusat perbelanjaan Nagoya Hill Mall, Nagoya, Batam.

Bahkan, ia mengakui, omzet dagangnya berjualan peralatan elektronik menurun drastis. “Dari empat toko, cuma laku 2 unit sehari, coba abang bayangkan, kadang sehari cuma untung 20 ribu, penglaris aja,” ujar dia.

Ia tak mengetahui apa sebab hal itu terjadi. Kondisi demikian dirasakan dalam dua tahun belakangan. 

Pantuan batamnews.co.id juga cukup merasakan. Mal terbesar di Batam itu biasanya tak pernah sepi. 

Namun belakangan para pengunjung terlihat menyusut. Tidak saja pedagang yang merasakan, warga Batam pun juga cukup merasakan dampak ekonomi yang terus menurun.

“Iya, sekarang semua lagi sepi, sejak tahun lalu mulai terasa,” kata Rudi, seorang warga Batam.

Ketua Apindo Kepri Ir Cahya mengatakan, iklim investasi dan ekonomi di Batam terhambat setelah belum jelasnya aturan-aturan yang dibuat pemerintah.

Kondisi dunia investasi di Batam, Kepulauan Riau, dinilai semakin rumit. Bahkan Asosiasi Pengusaha Indonesia Kepulauan Riau khawatir investasi semakin terpuruk.

“Batam kini benar-benar tidak menarik lagi, selain perizinan yang semakin sulit, birokrasi berbelit-belit,” ujar Cahya, kepada batamnews.co.id, Selasa (22/3/2017).

“Setiap hari saya menerima puluhan telepon bernada pesimis dan kekecewaan dengan kondisi ekonomi,” cetusnya. 

Menurut Cahya, stake holder di Batam harus cepat berbenah bila tak ingin tamat.

Dan tak kalah penting, kata Cahya, nilai Upah Minimum Kota semakin hari semakin tinggi, sehingga tak lagi kompetitif di negara-negara ASEAN. 

Faktanya, Myanmar, Laos, Kamboja dan Vietnam kini benar-benar menjadi kompetitor dengan upah yang relatif sangat rendah. 

“Ini membuat satu persatu perusahaan-perusahaan di Batam angkat kaki dari Batam dan berpindah ke sana.  Di negara lain, UMK tidak naik tiap tahun, diputuskan berdasarkan kondisi ekonomi tiap tahun, kalau kita pasti akan naik tiap tahun,” ujar Cahya. 

Cahya memperkirakan, 5 tahun lagi UMK kita sudah mencapai Rp 5 juta per bulan. Sebuah nilai yang sangat mencemaskan.

“Saat ini minimum ada lebih dari 200 ribu pengangguran, setiap ada lowongan, ribuan pekerja antre melamar, benar-benar prihatin sekali,” ujar dia.*** 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews