Cerita Anak-anak Pemburu Koin Bertaruh Nyawa di Pelabuhan Roro

Cerita Anak-anak Pemburu Koin Bertaruh Nyawa di Pelabuhan Roro

Para pemburu koin di pelabuhan roro Telaga Punggur (Foto: JIm/Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Ada pemandangan berbeda di pelabuhan kapal penyeberangan roll on roll of (roro) di Telaga Punggur, Kecamatan Nongsa, Batam. Enak  anak-anak kecil bertaruh nyawa menceburkan diri mencari uang koin yang dilempar para penumpang kapal.

Keenamnya adalah Iman, Randi, Rahmat Bao, Ange , Gilang Ramadhan, Rahmad, warga Kavling Punggur, yang hampir setiap hari menunggu koin dari para penumpang roro. Usia mereka masih kategori anak-anak dan remaja.

Kegiatan semacam itu kerap tampak mulai dari pagi pukul 08.00-17.00. Roro tersebut merupakan kapal yang rutin setiap hari mengangkut barang dari Pulau Batam ke Tanjung Uban, Pulau Bintan.

"Kami berenam menjadi satu tim perenang untuk mencari uang tambahan,” ujar Randi, salah seorang perenang koin saat bercerita kepada kepada batamnews.co.id, Kamis (16/2/2017).

Keenamnya mengaku sudah putus sekolah. Aktivitas mereka itu sekaligus membantu ekonomi keluarga.

Randi menuturkan, pekerjaan ini ia lakoni sejak tak lagi bersekolah.

"Sejak bapak dan mama tidak kerja dan jadi kuli tanah saja dan teman teman jadi perenang koin," ujarnya.

Randi menambahkan, untuk menjadi perenang koin harus berani menghadapi ancaman dan berisiko, terutama bahaya dari baling-baling kapal maupun batu karang belum lagi arus air yang kencang.

"Untuk menjadi perenang koin harus berani menghadapi risiko," tuturnya.

Selain itu sambung Randi dirinya juga memiliki rasa takut seandainya baling baling kapal menghantam tubuh mereka.

Selain itu lanjut Randi, kemampuan untuk menjadi perenang koin hanya sanggup hingga kedalaman 3-4 meter.

"Kami hanya mampu berenang tiga sampai empat meter untuk menghindari pecah gendang telinga," paparnya.

Sementara itu Rahmad perenang koin saat menceritakan kepada batamnews.co.id pada,Kamis (16/2/2017) siang mengatakan, uang dari hasil menjadi perenang koin diberikan kepada ibunya dan dari jumlah uang yang didapatkan tidak banyak.

"Uang dari hasil menjadi perenang koin diberikan kepada ibunya dan dari jumlah uang yang didapatkan tidak banyak, hanya berkisar Rp 30.000 dan itupun dihari biasa beda dengan hari libur bisa mencapai Rp100 ribu," katanya.

Rahmad menambahkan, dirinya menjadi perenang koin karena terpaksa demi keluarga. Tak jarang ia pun dilarang orangtua karena khawatir akan keselamatan anaknya.

Selain itu sambung Rahmad, kalau lagi tanggal marah atau libur para perenang koin banyak berdatangan dan untuk membagi dan tidak berkelahi dibagi kelompok

"Ada kelompok yang kami bagi terdiri tiga orang agar tidak berkelahi," kata dia. ***

 

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews