Ini Alasan Blok Natuna Belum Bisa Digarap

Ini Alasan Blok Natuna Belum Bisa Digarap

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Negara Indonesia saat ini memiliki ladang gas yang lebih besar dari pada Blok Masela, yakni Blok Natuna. Sumber gas itu terletak di lepas pantai Pulau Natuna, sebelah utara Pulau Kalimantan.

Cadangan gas Blok Natuna diperkirakan mencapai 46 triliun kaki kubik (tcf). Lebih besar dibandingkan cadangan Blok Masela yang hanya sebesar 10,7 triliun kaki kubik (tcf).

Dengan memiliki cadangan gas terbesar di Indonesia, Negara Tiongkok, Cina tergila-gila ingin menguasai gas Blok Natuna tersebut.

"Cadangan gas di Natuna sangat besar, pasti semua tergila-gila. Tapi, yang jelas produksi tidak mudah," ujar Kepala Perwakilan Sumbagut SKK-Migas, Hanif Rusjdi usai acara media gathering bersama perwakilan pimpinan redaksi Sumbagut, Jumat (25/11/2016).

Sayangnya, sampai saat ini Blok Natuna belum bisa digarap dan dikembangkan karena memiliki kandungan karbondioksida (CO2) yang sangat tinggi hingga 70 persen.

"Produksinya tidak mudah, karena disana kandungan CO2-nya sangat tinggi, mencapai 70 persen," kata Hanif.

Ia mengatakan, ada pemisah untuk CO2-nya, tapi biaya yang dikeluarkan pun tidak sedikit. Jadi, itulah alasan sampai sekarang gas Blok Natuna belum digarap.

Gas Blok Natuna ini diserahkan ke Pertamina pada 2 Juni 2008 melalui Surat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 3588/11/MEM/2008.

Namun, sampai saat ini belum ada kontrak bagi hasil antara Pertamina, serta mitranya, dan pemerintah. 

Melihat sejarahnya, wilayah kerja migas yang dulu bernama Blok Natuna D-Alpha ini pertama kali dieksplorasi oleh Agip pada 1973. Perusahaan Italia ini menemukan struktur lapisan yang berpotensi mengandung gas. Namun di kemudian hari blok ini diserahkan kembali kepada Indonesia.

 

[is]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews