Kisah Sedih Silviana Siswi SMK MHS yang Nekat Sekolah Meski Tunggak SPP Rp5 Juta

Kisah Sedih Silviana Siswi SMK MHS yang Nekat Sekolah Meski Tunggak SPP Rp5 Juta

Silviana, siswi SMK MHS Batu Ampar, Batam. (Foto: Margareth/Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Seorang siswi Kelas I SMK Multistudi High School (MHS) Batam di Batu Ampar, Silviana (15), terancam tak bisa sekolah. Siswi cukup berprestasi itu kini menungggak uang sekolah hingga Rp5 juta.

Uang SPP hingga biaya lainnya sudah selama 5 bulan tak terbayar. Maklum, Silvia berasal dari keluarga tak mampu. 

Ayahnya hanya berjualan jajanan cimol keliling, sedangkan ibunya, Ade Kusmiati, buruh cuci terkadang juga menyetrika.

"Saya tau saya nunggak, tapi saya bisa apa? Cuma bisa minta sama orang tua. Kalau saya enggak sekolah gimana nanti nasib saya kedepannya, biar nggak sama seperti bapak sekarang ini, jualan keliling,” ujar gadis yang disapa Silvia saat ditemui batamnews.co.id di ruli Baloi Kolam, Baloi, Batam, Sabtu (7/5/2016).

 

Ade Kusmiati, orangtua Silviana, di depan rumahnya di ruli Baloi Kolam. (Foto: Ist/Batamnews)

 

Belum lagi, kedua orangtuanya harus menanggung biaya dua orang saudaranya yang juga masih sekolah. Sedangkan dua lagi masih kecil.

Silvia dan adik-adiknya tinggal bersama orangtuanya di kawasan rumah liar terluas di Batam itu.

Saat diwawancarai batamnews.co,id, dari sudut mata siswi jurusan Akuntansi itu tak terasa air matanya menetes. Silvia begitu bersedih. Ia menuturkan, tak bisa membayangkan bagaimana masa depannya kelak bila tak lagi bersekolah.

Silvia menyadari, kedua orangtuanya tidak mampu menyekolahkannya, apalagi untuk sekolah swasta seperti MHS, biaya sekolahnya sulit terjangkau bagi orang seperti mereka.

Akibat menunggak SPP itu, orangtua Silvia, sudah bolak-balik dipanggil pihak sekolah untuk segera membayar.

“Ayah cuma berdagang cimol dan ibu buruh cuci dan setrika,” ujar Silvia. Silvia kelak juga tak ingin bernasib seperti kedua orangtuanya yang hanya seorang buruh dan pedagang jajanan.

Mereka sekeluarga kini tinggal di rumah liar berdindingkan atap seng dan asbes, dengan luas bangunan sekitar 5x4 meter. 

Lantai rumah juga masih tanah yang hanya dilapisi karpet tipis dan tidak semua lantai tertutup.

Kasur yang sudah lusuh dan bau apek dibiarkan terletak di ruang tamu, tampak ada lubang-lubang di beberapa bagian akibat seng tidak semuanya menutupi bagian dinding rumah.

 

Kondisi rumah orangtua Silviana yang memprihatinkan di ruli Baloi Kolam, Batam. (Foto: Ist/Batamnews)

 

Keluarga ini hanya mengandalkan penghasilan Suparman sebagai penjual cimol dan penghasilan istrinya sebagai buruh cuci dan setrika.

Suparman tampak tak bisa menyembunyikan kesedihannya saat menceritakan mengenai kesulitan Silvia bersekolah. 

Suparman dan anaknya Silvia tampak kompak menangis. Sesekali mereka mengusap air mata yang jatuh di pipi.

"Sebenarnya dari awal saya sudah tidak mampu menyekolahkan anak saya di sekolah swasta, tapi mau gimana lagi di sekolah Silvia (SMK MHS) masih bisa nyicil,” ujar Suparman.

Suparman semula berharap dengan berjualan cilok ia bisa menyekolahkan anaknya, namun perkiraannya meleset. 

Bersekolah di swasta ternyata jauh lebih mahal. “Saya kira bisa lunasi tapi nggak bisa,” cetusnya.

Baca juga: 

Ini Curhat Ayah Silviana yang Sebenarnya Tak Mampu Sekolahkan Anaknya

 

[ret]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews