Batam, Batamnews - Dalam deretan kuliner tradisional Indonesia, Tahu Sumedang menonjol dengan cita rasanya yang khas dan tekstur yang lembut serta kenyal. Makanan ini, yang berasal dari Jawa Barat, telah menjadi favorit tak hanya bagi masyarakat setempat tapi juga para penikmat makanan di seluruh nusantara.

"Saya terinspirasi untuk menjual Tahu Sumedang karena saya berasal dari Jawa Barat. Kami membuat tahu ini sendiri di rumah, jadi yang kami lakukan hanya mengolah dan menjualnya," kata Henri, seorang pedagang Tahu Sumedang yang telah menggeluti bisnis ini selama 12 tahun.

Tahu Sumedang dibuat dari kedelai yang diolah secara tradisional, memberikan cita rasa autentik yang membedakannya dari jenis tahu lain. "Yang membedakan tahu kami adalah tekstur gurih saat digoreng dan cara pembuatannya yang masih alami," ujarnya.

Baca juga: Teh Rakyat, Usaha Lokal yang Berhasil Menarik Hati Konsumen dengan Harga Merakyat

Bukan hanya lezat untuk dinikmati secara langsung, Tahu Sumedang juga sering menjadi bahan utama dalam berbagai olahan, seperti tahu goreng, tahu isi, dan tahu bakar. Varian olahan Tahu Sumedang sangat beragam, selalu berhasil menggugah selera.

"Kami juga menawarkan Tahu Sumedang dengan isi seperti oseng bihun dan bakso pedas. Satu porsi kami jual dengan harga Rp 15.000 dan omzet kami bisa mencapai lebih dari Rp 1 juta per hari," jelasnya.

Henri berharap bisnisnya akan terus ramai pembeli dan ia bisa membuka banyak cabang di masa depan. Keberhasilan Tahu Sumedang di Batam menandakan popularitasnya yang luas, membuktikan bahwa makanan ini telah menjadi salah satu ikon kuliner Indonesia.

Baca juga: Kuliner Lezat Otak-otak, Lebih dari Sekedar Hidangan Biasa

Kepopuleran Tahu Sumedang tidak hanya menjadi kebanggaan bagi masyarakat Sumedang, tapi juga telah membawa nama baik kuliner Jawa Barat ke berbagai penjuru Indonesia. 

Dengan kelezatan yang konsisten dan cita rasa yang khas, Tahu Sumedang terus berkontribusi dalam memperkaya keberagaman kuliner di Indonesia dan diharapkan akan terus dilestarikan sebagai warisan budaya.

Penulis: Keassy Simanjuntak