Solusi Untuk Palestina

Solusi Untuk Palestina

Suqyan Rahmat. (Foto: dok.pribadi)

Oleh: Suqyan Rahmat

PEMBANTAIAN umat manusia yang sedang terjadi di Palestina sekarang bukanlah peristiwa pertama yang terjadi di Palestina. Peristiwa kejahatan terhadap kemanusiaan yang berulang-ulang ini telah terjadi sejak tahun 1948 saat umat Yahudi dari Eropa Timur mengumandangkan berdirinya negara Israel di Palestina, 25 tahun setelah bubarnya Ottoman. 

Gedung banyak yang roboh dan rumah banyak yang hancur. Bandara, rumah sakit, sekolah, museum, mesjid, gereja, perkemahan pengungsi, bahkan makam pun di bom. Kehancuran yang dialami Palestina di Gaza bahkan lebih parah daripada kehancuran Jerman di perang dunia ke dua. 28.000 rakyat Palestina telah terbunuh, yang umumnya adalah wanita dan anak-anak. Pemblokiran makanan, air, minyak, obat-obatan, bahkan dokter oleh pihak Israel menambah daftar kejahatan Israel yang sangat tak mematuhi konvensi Jenewa. 

Setelah 4 bulan peristiwa yang menyedihkan ini terjadi didepan mata semua bangsa, apa yang bisa disimpulkan adalah orang-orang muslim di Palestina (khususnya Hamas) terpaksa rela menerima kenyataan bahwa tak ada satu pun negara muslim yang mengirimkan tentaranya untuk membela rakyat Palestina. Ini adalah kenyataan yang mengecewakan mengingat banyaknya negara muslim di dunia dan adanya negara muslim yang lebih kuat daripada Israel. Hal ini terjadi karena adanya peringatan dari Amerika yang tak ingin ada negara lain terlibat di Palestina. 

Baca juga: Pemimpin Batam Selanjutnya

Kenyataan kedua yang harus diterima orang-orang Palestina (khususnya Hamas) adalah Hamas sulit mengalahkan Israel. Karena dari sisi ketentaraan kemampuan Israel memang jauh lebih besar daripada Hamas. Mulai dari kepemilikan tank, kapal, pesawat jet, rudal, dan persenjataan lainnya yang tak ada habisnya. Belum lagi dengan dukungan penuh Amerika Serikat sebagai sekutu utama Israel, yang bahkan sampai memveto rencana gencatan senjata permanen yang diprakarsai sekjen PBB. Hal ini mengingat keberadaan Israel di Asia Barat sebagai sekutu utama Amerika yang sangat penting untuk melestarikan kepentingan Amerika sebagai negara adidaya. 

Seringnya Turki berkoar-koar lantang supaya Israel menghentikan perang pun tetap tak membuat Benjamin Netanyahu menghentikan perang. Selain mengirimkan bantuan makanan dan obat-obatan, Recep Tayeb Erdogan hanya sebatas mengecam Israel sebagai penjahat perang dan menuntut Mahkamah Internasional untuk mengadili Netanyahu. 

Hal-hal semacam ini tentu tak cukup manjur untuk membuat Israel berhenti menyerang Palestina. Bahkan Iran yang tak pernah akur dengan Israel pun sudah memastikan tak akan ikut berperang di Gaza. Adanya bantuan dari Hizbullah dan Houthi jelas tak cukup untuk menyelamatkan nyawa rakyat Palestina. 

Apa yang terjadi di Palestina umpamanya adalah adanya puluhan kelompok orang yang melihat dan membiarkan seorang anak kecil yang sedang berkelahi dikeroyok sekelompok orang dewasa di depan mata mereka, selama berbulan-bulan. Sampai anak kecil itu kewalahan, terluka parah, dan merasa sangat tersiksa. Tapi sekian banyak kelompok orang itu hanya terus menerus melihat, memberikan roti dan betadin, serta menyemangati dari jauh. Tanpa memberi pertolongan yang paling diharapkan dan diperlukan anak kecil itu. 

Baca juga: Perempuan, Pemilu 2024, dan Stigma Caleg Administratif

Penyelesaian tercepat yang harus dilakukan rakyat Palestina dan negara-negara muslim adalah masyarakat umum di Gaza segera mengungsi ke negara-negara Arab yang kaya dan stabil, karena gencatan senjata permanen yang tak terwujud sampai sekarang. Semua negara teluk mulai dari Saudi, Kuwait, Bahrain, Qatar, United Emirat Arabia, dan Oman berkewajiban menerima pengungsi Palestina dengan menyediakan negaranya sebagai tempat hidup terbaru rakyat Palestina yang ditindas selama bergenerasi. Cukup Hamas yang tetap tinggal di Gaza. 

Karena selain negara-negara muslim, Rusia yang diketahui akrab dengan negara-negara muslim pun tak membela Palestina, seperti mereka berjanji pasti berperang membela Belarus apabila Belarus diserang. Padahal Rusia adalah salah satu negara yang berkemampuan langsung menghentikan perang, selain Amerika Serikat. Hanya Afrika Selatan yang sanggup membawa kasus Genosida Israel ini ke Mahkamah Internasional, meskipun pada akhirnya keputusan Mahkamah yang memerintahkan penghentian Genosida tetap diabaikan Israel.

Indonesia yang juga tak mengirim tentara ke Palestina juga sudah sewajarnya menolong rakyat Palestina dengan menyediakan tempat tinggal untuk pengungsi Palestina. Daerah yang tepat untuk dijadikan tempat tinggal pengungsi Palestina di Indonesia adalah provinsi-provinsi di Papua karena sangat luasnya wilayah Papua dan tanah yang subur di Papua. Pengungsi Palestina bisa diberdayakan sebagai petani, dengan tujuan menciptakan swasembada beras setiap tahunnya bagi Indonesia. Atau kalau bukan ke Indonesia, mereka juga bisa pindah ke Canada dan Australia yang memang menjadi tujuan utama pengungsi di dunia. Tentunya dengan adanya bantuan dari UNHCR. 

Inilah solusi jangka panjang yang harus segera ditempuh bangsa Palestina dari perang Israel Hamas yang mengorbankan banyak masyarakat umum, karena sulit terwujudnya solusi dua negara dan tak ampuhnya peran dewan keamanan PBB. Ini harus segera dilaksanakan supaya pelanggaran hak asasi manusia yang selalu terjadi kepada umat muslim tak terulang lagi. Sebagai umat muslim juga sudah sewajarnya kita berharap nabi Isa AS segera turun ke bumi untuk mendamaikan kedua belah pihak dan membuat keputusan yang adil bagi bangsa Palestina. Bangsa Palestina harus realistis melihat tantangan kehidupan mereka sehari-hari demi kedamaian mereka selamanya. 

Penulis adalah seorang lulusan Sarjana Hukum Universitas Islam Indonesia.
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews