Malaysia Persiapkan Diri Jadi Pusat Data Terbesar di Asia Tenggara

Malaysia Persiapkan Diri Jadi Pusat Data Terbesar di Asia Tenggara

Ilustrasi data center. (Foto: dreamstime)

Kuala Lumpur - Malaysia menyaksikan peningkatan kapasitas pusat data ketika beberapa penyedia layanan cloud raksasa dunia secara aktif memperluas pasar operasi mereka di negara ini.

RHB Investment Bank dalam sebuah catatan penelitian mengatakan Malaysia menerima investasi baru dengan kapasitas lebih dari 800 megawatt (MW) yang diproyeksikan beroperasi secara bertahap selama lima tahun ke depan, dengan biaya lahan dan energi yang lebih rendah menjadi faktor penarik utama.

Keputusan Singapura pada awal 2022 untuk memberlakukan persyaratan pada kapasitas pembangunan pusat data baru sebenarnya membuka peluang tak terduga ketika perusahaan seperti Equinix, AirTrunk, Yondr Group, dan GDS Holdings menempatkan fasilitas perdananya di Johor.

Lebih penting lagi, pembukaan wilayah cloud oleh Microsoft dan Amazon Web Services (AWS) merupakan pencapaian besar karena memberikan dorongan yang signifikan bagi industri pusat data domestik dan perekonomian nasional, kata bank investasi tersebut dalam catatan yang disiapkan oleh analis Jeffrey Tan, dan Wan Muhammad Ammar Affan.

RHB Investment Bank mengatakan, pertumbuhan industri pusat data Singapura dengan syarat ketat menyebabkan kurangnya persediaan, sehingga menyebabkan pergeseran ke negara tetangga.

“Meskipun Singapura masih menjadi fokus pertumbuhan pusat data di Asia Tenggara, persyaratan yang lebih ketat untuk membangun pusat data baru membuat investor mempertimbangkan situs atau hub lain di kawasan ini,” katanya dikutip Batamnews dari media Malaysia, Berita Harian, Sabtu (15/4/2023).

Bank investasi menambahkan bahwa pasar pusat data di Indonesia akan tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata enam persen antara 2022 dan 2028 menjadi US$3,1 miliar, berdasarkan laporan Arizona Advisory and Intelligence pada Maret 2023.

Dikatakan pertumbuhan ini didorong oleh ekspansi kapasitas yang cepat oleh penyedia layanan cloud besar, peraturan lokalisasi data, dan penetrasi akses internet mempersempit kesenjangan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

“Sekarang Indonesia telah menjadi berdirinya berbagai cloud region dari Google, Alibaba, Amazon, Huawei, dan Microsoft dengan Pulau Batam muncul sebagai zona ekonomi pusat data baru,” katanya.

Menurut Frost dan Sullivan, ketiga negara ini diperkirakan akan mencatatkan nilai gabungan sekitar 74 persen untuk pasar pusat data ASEAN pada tahun 2025.

RHB Investment Bank merekomendasikan agar investor mempertimbangkan saham perusahaan yang terkait dengan industri pusat data seperti Singtel, Telekom Malaysia (TM), Telekomunikasi

Indonesia (TLKM), Time dotCom, Indosat Ooredoo Hutchison (ISAT), YTL Power, XL Axiata (XL) dan DCI Indonesia (DCII).

“Kami menunjuk MN Holdings dan Sunway Construction sebagai calon kontraktor data center di Malaysia,” ujarnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews