BI: Pertumbuhan Ekonomi Kepri di Tahun 2015 Melambat

BI: Pertumbuhan Ekonomi Kepri di Tahun 2015 Melambat

Ilustrasi

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada 2015 melambat dibandingkan 2014 karena terpengaruh pelemahan ekonomi global.

Kepala Kantor Perwakilan BI Kepri, Gusti Raizal Eka Putra di Batam, Kamis, memperkirakan perekonomian Kepri 2015 tumbuh di kisaran 6 hingga 6,5 persen (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan 2014 sebesar 7,32 persen (yoy).

Pertumbuhan ekonomi yang lemah itu ditandai dengan menurunnya ekspor dan perlambatan investasi.

"Pelemahan ekonomi global menyebabkan menurunnya permintaan ekspor terutama negara tujuan ekspor Kepri seperti Singapura, Amerika Serikat, Tiongkok dan Jepang," kata Gusti.

Hingga Oktober 2015, ekspor Kepri mencatatkan kontraksi 24,7 persen (yoy) lebih dalam dibanding kontraksi tahun sebelumnya 9 persen (yoy).

Investasi Kepri yang didominasi investor asing juga mencatatkan perlambatan.

Menurut Gusti, investor asing cenderung menahan investasi, menunggu perbaikan permintaan.

"Secara akumulatif triwulan I-III 2015 investasi tumbuh 3 persen (yoy) melambat dari pertumbuhan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,8 persen," kata Gusti.

Menurut dia, penurunan permintaan ekspor dan perlambatan investasi mempengaruhi penurunan kinerja sektor ekonomi Kepri, khususnya industri pengolahan dan konstruksi yang mencatatkan perlambatan kinerja pertumbuhan sepanjang 2015.

Berbanding terbalik dengan kinerja ekspor dan investasi, konsumsi rumah tangga mampu menahan perlambatan perekonomian di Kepri.

Secara akumulatif triwulan I-III, konsumsi rumah tangga tumbuh 7,38 persen (yoy) lebih tinggi dibanding pertumbuhan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,66 persen (yoy).

Sementara itu, di tengah perlambatan ekonomi, inflasi Kepri yang biasanya lebih rendah dari nasional, pada 2015 tercatat tinggi, bahkan sampai kedua tertinggi di Sumatera.

Hingga November inflasi Kepri tercatat 6,19 persen (yoy) jauh lebih tonggi dibanding inflasi nasiolan 4,89 persen.

Lonjakan inflasi didorong kenaikan harga bahan makanan akibat hambatan pasokan.

"Secara spasial Batam mencatatkan laju inflasi yang relatif lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya dengan inflasi sebesar 6,49 persen (yoy) sampai November," kata dia.

Sedangkan Kota Tanjungpinang sampai November mencatatkan inflasi 4,43 persen, relatif lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya.

 

[snw]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews