Perang Sarung, Tren saat Ramadan di Kepri yang Makin Meresahkan

Perang Sarung, Tren saat Ramadan di Kepri yang Makin Meresahkan

Perang sarung di kawasan Coastal Area Karimun. (Foto: Edo/batamnews)

Tanjungpinang, Batamnews - Tren baru muncul di berbagai tempat, termasuk Kepulauan Riau saat Ramadan. Tren ini adalah perang sarung yang keberadaannya mulai meresahkan.

Setelah beberapa waktu lalu sejumlah remaja di Batam diamankan polisi, kini hal serupa juga terjadi di Tanjungpinang dan Karimun.

Puluhan remaja di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), diamankan polisi, Jumat (8/4/2022) malam.

Para remaja berusia sekolah tersebut terlibat dalam perang sarung atau tawuran dengan media kain sarung di Jalan Bandara Baru, Kota Tanjungpinang.

Mereka diamankan dalam kegiatan patroli rutin antisipasi balap liar dan tawuran yang dilaksanakan Polsek Tanjungpinang Timur.

"Rata-rata mereka masih pelajar SMP," kata Kapolsek Tanjungpinang Timur, AKP Syafrudin, Sabtu (9/4/2022).

Adapun jumlah remaja yang diamankan sebanyak ada 32 orang. Kemudian petugas juga mengamankan sarung-sarung yang digunakan sebagai senjata untuk tawuran.

AKP Syafrudin menyebutkan warga merasa resah atas tindakan para remaja tersebut, sehingga melaporkannya kepada polisi. 

Setelah diamankan, para pelajar dan kendaraan yang mereka bawa kemudian didata. Polisi turut mengamankan 18 unit sepeda motor yang dipakai para pelajar.

Ditegaskan Syafruddin, orangtua harus mengawasi serta mengontrol anak-anaknya, agar perang sarung yang anak-anak mereka lalukan tidak berulang kembali.

"Orang tua juga bisa diberi sanksi kalau membiarkan anaknya mengendarai sepeda motor," tambah Syafrudin.

Sementara di Karimun, perang sarung disebut sering terjadi di kawasan Coastal Area. Puluhan remaja berkumpul dan terlibat perang sarung ini.

Hal ini meresahkan warga di Karimun. Kekhawatiran muncul, jika kemudian perang sarung ini melebar menjadi tawuran yang sesungguhnya.

"Tentu saja itu dapat membahayakan, ujung sarung dimodifikasi untuk melakukan perang sarung," kata Muslim, warga Karimun yang resah dengan aktivitas remaja tersebut.

Dengan adanya kegiatan tersebut, yang awalnya hanya sebagai ajang untuk main-main, bisa memicu perkelahian antar kelompok.

"Karena tidak senang terkena pukulan lawan, dan merasa sakit. Nanti ujung-ujungnya malah kelahi beneran," ujarnya.

Ia berharap, polisi bisa menindak tegas dan kalangan orangtua tak tutup mata dengan aktivitas anak-anaknya.

(aha/cr!)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews