Matahari akan Terbit Lebih Cepat di Indonesia Selama Sepekan, Berikut Penyebabnya

Matahari akan Terbit Lebih Cepat di Indonesia Selama Sepekan, Berikut Penyebabnya

Ilustrasi. (Foto: Freepik)

Jakarta - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyebut matahari akan terbit lebih cepat di Indonesia selama sepekan ke depan. 

Fenomena ini merupakan hal alamiah dan masyarakat tak perlu panik.

Peneliti LAPAN, Andi Pangerang, menjelaskan bahwa waktu terbit matahari memang bervariasi sepanjang tahun tergantung lokasi di mana kita berasal. Fenomena alam tersebut terjadi karena sumbu rotasi Bumi miring 66,6 derajat.

“Saat sumbu rotasi di belahan utara Bumi dan kutub utara Bumi miring ke arah matahari, maka matahari akan terbit lebih cepat dan terbenam lebih lambat di belahan utara Bumi,” kata Andi dilansir kumparan, Sabtu (13/11/2021).
 
“Sementara itu, sumbu rotasi di belahan selatan Bumi dan kutub selatan Bumi miring menjauhi matahari. Sehingga, matahari akan terbit lebih lambat dan terbenam lebih cepat di belahan selatan Bumi.”

Andi menambahkan bahwa terdapat dua jenis waktu, yakni waktu zonasi dan waktu matahari sejati.

Waktu zonasi merujuk kepada waktu yang ditentukan berdasarkan bujur tolok zona waktu. Contohnya adalah Waktu Indonesia Barat, yang mana 7 jam lebih cepat daripada Universal Time.

Selain waktu zonasi, ada pula waktu matahari sejati yang digunakan sebagai penunjuk bayangan matahari. Berdasarkan waktu matahari sejati, matahari akan mencapai titik tertinggi di atas ufuk pada pukul 12.

Meski demikian, dalam waktu zonasi, matahari mungkin tidak benar-benar berada di titik tertingginya pada pukul 12 siang. Andi menjelaskan, perbedaan itu terjadi berkat orbit Bumi berbentuk elips dan deklinasi matahari (sudut yang dibentuk antara garis khatulistiwa dan ekliptika) bervariasi dalam satu tahun.

Dalam hal ini, satu hari sebenarnya tidak berlangsung tepat 24 jam, tetapi di antara 23 jam 59 menit 40 detik hingga 24 jam 0 menit 30 detik. Akumulasi dari selisih waktu matahari sejati dan waktu matahari rata-rata (24 jam) disebut perata waktu.

“Perata waktu akan bernilai maksimum pada 3 November dengan nilai +16 menit 27 detik. Hal ini dikarenakan deklinasi matahari semakin negatif (menjauhi ekuinoks dan mendekati deklinasi minimum saat solstis) dan Bumi semakin mendekati titik terdekat dari Matahari atau perihelion,” jelas Andi.

“Selain itu, matahari akan terbit semakin awal bagi pengamat di belahan selatan jika menggunakan waktu sejati. Dua kombinasi ini, perata waktu dan waktu terbit matahari, yang menyebabkan matahari akan terbit lebih cepat di belahan selatan, khususnya belahan selatan Indonesia seperti Jawa, Bali dan Nusa Tenggara,” imbuhnya.

Andi menambahkan bahwa selain tiga pulau tersebut, matahari juga akan terbit lebih cepat di beberapa kota di provinsi Maluku dan Papua seperti Saumlaki (05.44 WIT pada 15 November), Kaiwatu (05.58 WIT pada 15 November), Dobo (05.36 WIT pada 13 November), Tanah Merah (05.11 WIT pada 13 November), dan Merauke (05.07 WIT pada 16 November).

“Sekitar dua bulan lagi, sejak tanggal 25 hingga 31 Januari 2022 mendatang, matahari akan terbenam lebih cepat untuk Jawa, Bali dan Nusa Tenggara," pungkas Andi.
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews