Cerita Atlet Tuna Grahita Meranti Dulang Emas Porda, Tanpa Seragam dan Sepatu Pinjam

Cerita Atlet Tuna Grahita Meranti Dulang Emas Porda, Tanpa Seragam dan Sepatu Pinjam

Atlet SOIna Meranti cabor lari 100 meter yang raih medali emas dengan sepatu yang dipinjam. (Foto: ist/Batamnews)

Meranti, Batamnews - Dalam serba keterbatasan fasilitas, atlet Kabupaten Meranti berhasil mengumpulkan pundi-pundi medali emas di ajang Porda IV Special Olympics Indonesia (SOIna) Provinsi Riau di Pekanbaru.

Porda ini khusus diikuti atlet berkebutuhan khusus, tuna grahita. Mulai dari keberangkatan dengan biaya pas-pasan, sampai dengan kondisi yang memprihatinkan dialami wakil Kabupaten Meranti.

Pengurus SOIna Meranti hanya mampu memberangkatkan 10 atlet dan 2 pendamping dari kuota yang telah disediakan. Yakni sebanyak 15 atlet dan 5 pendamping.

Pengurus SOIna di kabupaten bungsu di Riau itu terpaksa mengurangi jumlah atlet yang berangkat. Mereka ikut cabor atletik, renang, bulu tangkis dan lainnya.

Ketua SOIna Meranti, Syafrizal mengaku tidak adanya biaya membuat pihaknya sangat kesulitan dalam memberangkatkan para atlet yang akan bertanding. Tahun ini SOIna Meranti tidak punya anggaran dari pemerintah daerah setempat.

"Tahun ini memang tidak ada anggaran kita, jadi untuk keberangkatan atlet kita hari ini dibantu pak wakil bupati menggunakan speedboat milik Pemda dan atlet diantar sampai ke Buton, sementara Kepala Disparpora bantu Rp 1 juta untuk akomodasi," katanya, Sabtu (9/10/2021).

Untuk biaya lainnya, mereka terpaksa mencari pinjaman kesana-kemari.

"Untuk memberangkatkan atlet tunagrahita ini, memang butuh biaya yang tidak sedikit, selain akomodasi, biaya Rapid Antigen, kita juga harus mengeluarkan biaya untuk tes psikologi mereka. Jadi untuk mencukupi itu, terpaksa lah kita berhutang," tutur Syafrizal.

Walaupun minim biaya, ia berpesan kepada para atlet agar bisa mengikuti pertandingan dengan sungguh-sungguh agar bisa mengharumkan nama daerah.

"Walaupun tidak ada biaya, kita harustetap semangat untuk mengikuti Porda ini dan pulang membawa kemenangan," ujarnya.

 

Kesedihan yang dirasakan, rupanya tidak berhenti sampai disitu. Tibanya di ibukota Provinsi, para atlet dibuat iri, karena tidak sama dengan kontingen yang berasal dari kabupaten kota lainnya di Riau dalam hal penampilan.

Pasalnya mereka tidak punya seragam untuk dibawa bertanding. Tidak hanya itu, ada beberapa diantara mereka bahkan tidak membawa sepatu karena berasal dari keluarga yang kurang mampu.

Hal itu diakui langsung oleh salah seorang pendamping SOIna Meranti, Erna Lestari Rambe.

"Mereka tanya kepada saya, kenapa tidak memakai seragam seperti peserta dari kabupaten kota lainnya? Saya jawab bertanding saja dulu," kata Erna.

Walaupun dalam kondisi serba terbatas, para atlet tuna grahita ini sukses mengharumkan nama daerahnya.

Untuk atlet perorangan, kesemuanya menyumbang medali emas, diantaranya Rahmad untuk cabor tenis meja, Alex untuk cabor lari 100 meter dan Izamri untuk cabor lompat jauh.

Sedangkan atlet Meranti yang mewakili tim untuk cabor bola tangan yang diwakili atlet bernama Aris menyumbang medali emas.

Begitu juga atlet yang bernama Sholeh yang mewakili tim untuk cabor bola voli meraih juara 2, sepak bola putri yang diwakili oleh Astri juga meraih juara dua dan tim futsal yang diwakili Suhardi meriah juara 3.

Adapun cerita yang membuat terenyuh adalah ketika Alex yang merupakan atlet lari 100 meter yang bersiap-siap akan bertanding, namun ia masih terlihat memakai sandal.

Ketika ditanyakan kenapa tidak memakai sepatu, dengan polos ia menjawab tidak punya.

Dari pengakuannya, ternyata keluarga Alex tak sanggup membeli sepatu yang membuat ia memilih untuk tidak membawa sepatu dan hanya ingin bertanding dengan kaki telanjang.

Dengan kondisi terbatas, Alex yang dalam perlombaan sebagai perwakilan kontingen Meranti dipilih karena memiliki bakat dan tekad yang kuat untuk mengikuti lomba lari tersebut.

Namun keikutsertaannya yang menjadi perwakilan daerahnya itu mencuri perhatian penonton. Akhirnya pendamping berinisiatif mencarikan sepatu untuknya.

"Alex yang tidak membawa sepatu, terpaksa saya carikan sebelum pertandingan dimulai, beruntung sepatu itu pas dan bisa dibawa untuk berlari," ungkap Erna.

Alex yang punya tekad kuat bahkan hanya menggunakan sepatu pinjam berhasil menyabet medali emas.

 

Ia berhasil mengalahkan lawannya yang berlari dengan persiapan serta peralatan lengkap bak atlet pada umumnya.

Begitu juga dengan Astri yang mewakili tim futsal dan meraih juara 2 yang juga tidak memiliki sepatu. Lagi-lagi sang pendamping harus mencarikan sepatu, beruntung cepat didapatkan.

Ternyata walaupun kurang diperhatikan, tidak berarti prestasi atlet SOIna Kabupaten Meranti menurun.


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews