Malang di Tengah Pandemi, Kakek Nenek Ini Suyukuri Santunan JNE

Malang di Tengah Pandemi, Kakek Nenek Ini Suyukuri Santunan JNE

Nenek Minah mensyukuri santunan yang ia terima dari JNE.

GUBUK semi permanen berukuran sekitar 3x4 meter persegi menjadi saksi kerasnya perjuangan pasutri lansia Sulaiman dan Minah. Rumah berdinding triplek dan papan sisa pembangunan itu menjadi tempat berlindung kakek dan nenek ini dari hujan dan panas.

Kondisi rumah sangat memprihatinkan, lantai semen dengan beralas tikar karet.

Warga Jalan TPA, Kampung Air Bukit, RT 01/RW 08, Kelurahan Pinang Kencana, Tanjungpinang Timur, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau ini hidup seadanya. Tak banyak yang bisa mereka lakukan di usia senja.

Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka hanya mengandalkan bantuan pemerintah, masyarakat sekitar dan pegiat sosial. Kondisi tubuh sudah tua tak memungkinkan mereka untuk bekerja keras lagi memenuhi kebutuhan kehidupan.

Minah menceritakan, ia tinggal di gubuk itu sudah lebih 20 tahun. Sejak merantau di Tanjungpinang suaminya kerja serabutan. “Tak ada pekerjaan, gini aja hidup kami, makan Alhamdulillah ada saja dari pemberian orang, anak kami di Karawang, karena kondisi susah,” ungkapnya.

Di tengah kondisi seperti itu, ada saja musibah yang datang. Sembako pandemi Covid bantuan pemerintah pun digondol maling.  “Saya bangun pintu sudah terbuka, ya allah teriak saya saat itu,” kata Minah menceritakan kisahnya yang menyesakkan itu, Rabu (30/12/2020).

Namun beruntung, mereka masih bersyukur kepada tuhan. Karena di tengah kesempitan itu ada saja kelapangan yang didapati.

Salah satu yang paling diingatnya adalah bantuan dari JNE Tanjungpinang. Kisah keluarga miskin ini, membuat perusahaan jasa pengiriman logistik tersebut memberikan 'aware' nya sebagai bagian dari rasa empati.

 

 

JNE menyalurkan bantuan bagi kakek-nenek Sulaiman dan Minah.

Kepala Cabang JNE Tanjungpinang, Willia Octadina mengatakan, pihaknya memang selalu ikut konsen dalam kegiatan sosial, seperti bantuan untuk warga tidak mampu dan anak yatim. Karena hal itu juga merupakan prinsip yang ditanamkan pendiri JNE, almarhum Suprapto.

“Almarhum (Suprapto) memegang sebuah makna. Jika ingin bahagia, maka bahagia kan lah anak yatim, kalau pingin memiliki usaha maju bersedekah,” kata, Willia Octadina.

Menurutnya, penderi JNE yang akrab disapa Pak Prapto itu merupakan panutan sekaligus orang yang menanamkan prinsip-prinsip dalam budaya kerja, yang hingga kini masih melekat di seluruh karyawan.

Nilai spiritual dekat anak yatim dan fakir miskin menjadikan JNE kokoh serta mampu menghadapi berbagai hambatan dan persaingan.

“Terkadang JNE memiliki hambatan alhamdulilah dapat diselesaikan, dilewati dengan mudah, terselesaikan dengan baik, itu berkat doa anak yatim sih, tanpa kita sadari dari jauh mereka mendoakan kita,” ucapnya.

Tak hanya itu, JNE membentuk zakat 2,5 persen keuntungan yang diperuntukan untuk anak yatim, dan itu sudah ada ketentuan di dalam perusahaan JNE dari sabang sampai merauke.

“Almarhum mengajarkan dan berpesan kepada kita seperti itu, bahkan kita memiliki program bulanan menyantuni anak yatim,” jelasnya.

(Afriadi)


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews