Filosofi Tangkal Hoaks dari Gurindam 12

Filosofi Tangkal Hoaks dari Gurindam 12

Pulau Penyengat, lokasi yang identik dengan Raja Ali Haji pencipta Gurindam 12.

Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya masyarakat yang diwariskan secara turun termurun dari generasi ke generasi, sejak dahulu dipegang teguh dan masih dijalankan hingga saat ini.

Kearifan lokal mencangkup tentang nasihat, aturan kehidupan dimasyarakat, agama, budi pekerti, pendidikan, moral dan tingkah laku.

Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Provinsi Kepulau Riau, Toto Sucipto mengatakan, warisan takbenda di Provinsi Kepulauan Riau yang telah ditetapkan dan mendapat sertifikasi sebagai warisan budaya tekbenda indonesia dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam kurun waktu 2013 sampai 2019 ada sebanyak 35 karya budaya.

Dikatakannya, penetapan karya budaya sebagai warisan budaya takbenda indonesia itu sebagai upaya untuk melindungi budaya takbenda yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Di dalam budaya takbenda itu termasuk lah salah satunya kearifal lokal. Kearifan lokal itu banyak ragam seperti patun, gotong royong, dogeng, syair dan Guridam Dua Belas,” kata Toto Sucipto.

Menurut Toto Sucipto, di era revolusi industri 4.0 dan disrupsi informasi ini, masyarakat Kepulauan Riau hingga kini masih melestarikan dan memegang teguh budaya lokal atau kearifan lokal yang diwarisan nenek moyang terdahulu.

Ia menyakini jika nilai kebaikan didalam kearifan lokal itu tetap dipertahankan dan diamalkan dalam kehidupan masyarakat dapat dijadikan sarana untuk membendung pengaruh dan penyebaran hoaks.

“Jika terjadi permasalahan masyarakat mengedepankan penyelesaian secara kekeluargaan atau musyawarah. Selain itu juga masyarakat kita ini suka bertanya, artinya mengkrocek apabila mendapatkan suatu informasi,” sebutnya.

Mengenai berita bohong, kata Toto, terdapat didalam salah satu pasal Gurindam Dua Belas yang mana mengigatkan atau menghimbau masyarakat agar tidak mempercayai atau menyebar luaskan kabar-kabar yang tidak jelas kebenenarannya.

“Salah satu contoh didalam pasal ketiga Gurindam Dua Bales bait kedua, apabila terpelihara kuping, khabar yang jahat tiadalah damping, artinya dengarkanlah hal-hal yang baik dan jangan mempercayai hal-hal yang buruk,” jelasnya.


Guridam Dua Belas

Raja Ali Haji dan Gurindam 12

Guridam Dua Belas merupakan salah satu puisi Melayu lama hasil karya Raja Ali Haji seorang sastrawan dan Pahlawan Nasional dari Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau yang membahas persoalan akidah dan tasawuf, syariat islam, rukun islam, budi pekerti dan akhlak serta konsep pemerintahan.

Guridam Dua Belas terdiri 12 pasal, dimana tiap-tiap pasalnya berisikan nasehat dan himbauan yang dapat menyentuh jiwa dan kesadaran masyarakat.

Tokoh Budayawan Kepulauan Riau, Abdul Malik mengatakan, bahwa Guridam Dua Belas yang dimaksudkan Raja Ali Haji itu bukan hanya pembinaan karakter saja, tapi semacam tunjuk ajar Raja Ali Haji untuk masyarakat, mana hal-hal yang boleh dilaksanakan dan tidak boleh dilaksanakan.

“Kalau nilai-nilai didalam Gurimdam 12 itu dapat diterapkan dimasyarakat, semestinya hal yang negatif seperti hoaks dan lainnya, dapat penentangan dari masyarakat, artinya masyarakat tidak akan terpengaruh dengan hoaks,” sebutnya.

Ia menyebutkan, Gurindam Dua Belas ini nyaris dibicarakan masyarakat Kepulauan Riau hampir setiap saat. Ia menyarankan nilai-nilai didalam Guridan Dua Belas itu dapat dimanfaatkan pada pendidikan rumah tangga. Selain itu masyarakat dan tokoh-tokoh saling menjaga nilai baik yang diturunkan nenek moyang dahulu.

“Jadi kemampuan kita menyerap didalam Guridam Dua Belas itu dapat untuk menghadapi tantangan seperti hoaks. Kita tidak mudah percaya pada berita yang tak jelas, dan tidak bermanfaat, apalagi saat memasuki kedalam politik praktis yang tidak ada hubungan dengan kita, terkadang kita juga ikut membicarakan, padahal kita sendiri tidak tahu tentang itu,” jelasnya.

Menurut Abdul Malik, kabar bohong itu sebenarnya sudah aja sejak dahulu, tetapi masyarakat sudah diajarkan bagaimana menangkisnya, salah satunya itu nilai yang terkandung didalam Gurindam Dua Belas pasal ketiga.

Tak hanya itu, lanjutnya, dalam agama islam maupun agama lainnya tidak membenarkan sifanya kehobangan dan kepalsuan. Ia sangat yakin masyarakat Indonesia khususnya Kepulauan Riau mejunjung tinggi suatu kebenaran.

“Pada intinya, semua kaerifan lokal yang diturunkan nenek moyang dahulu berguna untuk setiap saat dan itu bagian dari jati diri kita, menjadikan kita sebuah bangsa yang kuat. Berita bohong itu seperti virus sengaja diciptakan untuk memecah belahkan kita,” ujarnya.

Ia memaparkan, Guridam Dua Belas dapat dipergunakan untuk menangkal hoaks dan disinformasi, salah satunya didalam pasal VII yang mengingatkan masyarakat ketika  mendengar sebuah berita hendak dengan kepala dingin dan ditelaah dengan benar kabar tersebut.

“Apabila mendengar akan khabar, menerimanya itu hendaklah sabar. Itu kan artinya kita ketika mendapatkan kabar jangan langsung percaya harus dicek dulu kebenarannya,” sebutnya.

Tak hanya itu, kata Abdul Malik, didalam pasal VII itu juga Raja Ali Haji menyarankan agar tidak mudah terpengaruh dengan omongan orang lain. Saran itu masih relevan dijadikan acuan diperkembangan dunia teknologi informasi saat ini.

“Selain itu juga, Raja Ali Haji juga menyarankan kita untuk berkata yang lemah lembut, sebab perkataan lemah lembut akan mudah diterima dan didengarkan orang lain,” ucapnya.

Abdul Malik mengungkapkan, tokoh-tokoh masyarakat dan elemen masyarakat, anak muda untuk bersama-sama dengan pemerintah, baik pusat dan daerah dalam upaya menangkal hoaks dan disinformasi.

“Harus bersama-sama, misalnya, masyarakat mempopulerkan lagi kegiatan seni dan budaya lokal, dan pemerintah bisa menguatkan sistem didunia digital agar informasi hoaks bisa terblokir dengan sendirinya,” ungkapnya.

 

Gurindam 12 Dijadikan Paket Wisata di Pulau Penyengat

Pulau Penyengat

Pulau Penyengat merupakan salah satu destinasi wisata di Provinsi Kepualau Riau. Di pulau ini banyak peninggalan sejarah kerjaan Riau Lingga, seperti Masjid Sultan Riau yang dibangun pada tahun 1832 dengan campuran putih telor.

Selain itu juga terdapat beberapa komplek makam, salah satunya makam Raja Ali Haji seorang sastrawan dan Pahlawan Nasional dari Pulau Penyengat yang dikenal karya nya Guridam Dua Belas.

Guridam Dua Belas dijadikan salah satu paket pilihan untuk wisatawan saat berkunjung di Pulau Penyengat. Paket wisata itu diberi nama Guridam Experience.

Kepala Dinas Prawisata Kota Tanjungpinang, Surjadi menjelaskan, Guridam Experience itu memberikan para wisatawan di Pulau Penyengat untuk belajar bagaimana membaca Gurindam 12 seperti sastrawan Melayu.

“Ini sebuah hal yang sangat mengesankan untuk para wisatawan saat berkunjung di pulau Penyengat, dimana mereka nanti diajarkan cara melantunkan Guridam Dua Belas, selama ini kan hanya bisa dibaca,” jelasnya.

Selain itu, katanya, para wisatawan dapat mempelajari megenai Guridam Dua Belas secara utuh, seprti sejarahnya, setelah itu baru diajak mengeksplorasikan dengan ikut membaca dan mengkaji makna yang tersirat didalamnya.

“Kami sangat yakin para wisatawan akan puas mengikuti paket ini di Pulau Penyengat, sebab banyak pelajaran yang dapat diambilkan dari Guridam Dua Belas ini,” sebutnya.

Menurut Surjadi, melalui paket wisata itu, salah satu cara pemerintah untuk melestarikan dan mempromosikan Guridam Dua Belas agar dikenal ditingkat Internasional dan kaum milenial.

“Sekarang kami tengah mendorongkan Guridam Dua Belas diakui sebagai Memory Of the World (Mow) Unesco, salah satu memberikan apresiasi pada sebuah karya lagu yang jadi lagenda dan terus dipertahankan,” ujarnya.

Menurut Surjadi, karya satra Melayu yang lahir di Pulau Penyengat ini dapat dijadikan falsafah tentang kehidupan di era kemajuan teknologi informasi saat ini. Sebab katanya, didalam Guridam Dua Belas itu mengingatkan kita jangan suka mencela orang lain.

“Ini mengajarkan nilai akhlak kita saat menggunakan media sosial dan dalam kehidupan sehari-hari,” ucapnya.

(Afriadi)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews