Perjalanan Yanti Larasati, Penyiar Batam FM yang Meniti Karir dari Nol

Perjalanan Yanti Larasati, Penyiar Batam FM yang Meniti Karir dari Nol

Yanti Larasati, station manager Batam FM yang memulai karirnya dari nol.

Batam - Menjadi praktisi dunia siaran tentunya tidak menjadi cita-cita setiap orang. Karena, profesi ini membutuhkan keahlian dan kepiawaian tersendiri.

Seperti halnya seorang penyiar. Profesi ini tak hanya sekadar membutuhkan pengetahuan yang luas, namun juga keahlian dalam merangkai kata.

Banyak pesohor dan presenter yang memulai karir dari penyiar ini. Sebut saja presenter senior Toety Adhitama hingga Inke Maris. Kekinian, muncul selebriti seperti Vincent dan Desta.

Hal inilah yang menginspirasi seorang Sri Suryanti. Impiannya menjadi seorang penyiar sejak masih di bangku SD, kini membawanya sebagai sosok presenter radio senior di Batam, tepatnya di Radio Batam FM.

Perjalanan untuk mendapatkan titel tersebut tidaklah gampang. Yanti memulai karirnya dari bekerja paruh waktu yang tidak digaji. Kecintaan terhadap pekerjaannya itulah yang membuat Yanti bisa sampai ke titik saat ini, Station Manager Batam FM.

“Saya bergabung dengan Batam FM tahun 1998, jadi hitungannya sudah 20 tahun. Saya mengawali dengan part time. Padahal waktu itu saya sudah ada pekerjaan lain,” ujar perempuan yang memiliki nama udara Yanti Larasati kepada batamnews.co.id, beberapa waktu lalu.

Bergabungnya Yanti dengan Batam FM, diawali ketika dia pulang ke Batam dari Lampung karena ibunya sakit. Tiga hari berada di Batam dan mendengarkan Batam FM, Yanti langsung jatuh cinta.

Kecintaannya itu bertambah dengan adanya program ‘Halo Batam’, yang sampai saat ini masih menjadi program unggulan radio yang berada di frekuensi 100,7 FM.

Karirnya menjadi seorang penyiar yang memberikan informasi kepada masyarakat, memang sudah terlihat sejak dia kecil. Sewaktu SD, Yanti mengaku ingin menjadi reporter olahraga dan pembawa acara.

"Saya dulu rela ngejarin tayangan olahraga di radio sehabis pulang sekolah, saya lari biar bisa dapat berita olahraga dan kabar terbaru tentang berita bulutangkis. Jadi ada semacam mimpi saya bisa meliput Ardi Wiranata, Ricky Subagja di tengah lapangan," ucap Yanti yang sudah memiliki seorang buah hati ini.

Namun di balik keinginannya itu, tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang tuanya. Kedua orang tua Yanti menyekolahkannya di SMEA dan menyambung kuliah di fakultas ekonomi.

"Jadi menurut orangtua saya sekolah di SMEA saja, nanti kan bisa langsung kerja. Waktu kuliah juga begitu, padahal saya sudah mengambil jurusan lain, selain ekonomi," kata Yanti.

Meskipun Yanti bertanggung jawab menyelesaikan pendidikan yang dipilih orangtuanya, dia masih terbayang dengan cita-citanya. Saat selesai menyusun skripsi, dia mencoba melamar pekerjaan di Radio Siaran Pemerintah Daerah Lampung sebagai penyiar.

Di sana, perjalanan Yanti juga tidaklah mudah. Dia harus mengikuti pelatihan dan bersaing dengan lawan-lawannya yang masih SMA. Orang tua angkatnya di Lampung juga menyarankan agar dia ikut pelatihan komputer dan bahasa Inggris saja. Namun Yanti menolak, dia bersikukuh ingin menjadi penyiar.

Sampai pelatihan itu selesai, Yanti hanya mendapatkan sertifikat namun tidak direkrut. Lalu Yanti nekat menemui pimpinan di sana untuk mengiizinkannya mengisi salah satu acara meskipun tidak digaji dan tidak diberi uang transport.

"Saya mau saya bilang. Saya ngisi acara apa? Kembali mengisi acara olahraga dengan permintaan sendiri," ucap Yanti yang juga sebagai Ketua Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) wilayah Kepri 2018.

Berjalan satu tahun di Lampung menjadi penyiar, Yanti kembali ke Batam karena ibunya sakit yang mengharuskan dia pulang. Tiga hari di Batam dan sering mendengarkan Batam FM, di jatuh cinta dan langsung pergi melamar kesana.

Yanti harus rela jalan kaki dari simpang Pelabuhan Domestik Sekupang menuju Radio Batam FM berjarak sekitar dua kilometer.

"Sampai di sana, mungkin karena wajah saya kelihatan kali seperti orang kelelahannya, lalu saya dipertemukanlah dengan pimpinannya. setelah itu saya diwawancara, saya langsung tes sebagai operator," kata Yanti.

Meski Yanti mengakui pada saat itu suaranya tidak bagus, tapi manajemen Batam FM waktu itu menilai keinginan Yanti yang sangat tinggi sehingga akhirnya dia diterima di sana.

Cerita pilunya tidak berhenti sampai di sana. Setelah tiga bulan training di Batam FM, Yanti terpaksa keluar dari sana karena personalianya pulang dari menunaikan ibadah haji.

"Ternyata keputusan personalia belum nambah karyawan, jadilah saya gagal. Sehabis itu saya kerja lagi di industri. Saya cuma berpikir, kalau Allah menakdirkan saya berjodoh sama Batam FM, Insya Allah saya dipanggil lagi," kata Yanti.

Alhamdulillahm apa yang dipikirkannya terjadi. Tiga bulan kemudian Yanti dipanggil lagi dan dikontrak oleh Batam FM.

Yanti berpesan kepada teman-teman yang berprofesi di bidang media massa, untuk terus berjuang sampai pada titik yang diinginkan itu memang prosesnya panjang dan berliku. 

"Tapi proses itulah yang membuat capaian kita nantinya terasa itu menjadi bagian dari diri kita. Jangan mudah menyerah," ujar Yanti.

(ude)
 


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews