Elon Musk, Kecerdasan Buatan, dan Capres Dildo

Elon Musk, Kecerdasan Buatan, dan Capres Dildo

Elon Musk (Foto: Recode.net)

"Jangan katakan saya ingin mati. Saya hanya ingin ketika suatu hari nanti saya mati, jika saya bisa memilih, saya ingin di (planet) Mars. Bukan tidak mungkin, kita lahir di bumi, mengapa tidak bisa mati di Mars?"

Bos Tesla, Elon Musk, baru saja ditawari 'green card' dari China. Elon otomatis bakal menjadi warga negara istimewa di sana. Tawaran itu mungkin saja dari perihal pilihan Elon Musk membuka pabrik Tesla pertama di luar negeri, di negeri Tirai Bambu. 

China biasanya memberikan hak istimewa serupa kepada sekelompok elit asing, serta peraih Nobel dan bintan NBA.

Elon tentu saja dengan matang mengapa memilih China. Terutama dari sisi bisnis dan kepentingan rahasia lainnya. Di tengah, perang dagang negara Tirai Bambu itu dengan negara asalnya Amerika Serikat.

Bisa jadi, langkah Elon memilih China, sebagai terobosan untuk memasarkan mobil listriknya ke seluruh dunia, dalam jumlah besar, dan jauh lebih harga murah. Harga mobil listrik Tesla saat ini memang  sangat mahal saat bermarkas di Amerika Serikat (AS).

Setahu saya harga termurahnya per unitnya mencapai Rp 4 miliar. Itu pun dari spesifikasi terendah. Di Indonesia, kita dengar, baru sekelas Ketua DPR RI Bambang Soesatyo, yang sudah memiliki mobil listrik Tesla ini. 

Nama Elon memang tengah hangat dibicarakan. Tentu saja bukan di negeri ini yang masih riuh-riuhnya bicara soal copras capres. Negeri yang masih terus tenggelam dalam perseteruan yang tak pernah berujung, antara kampret vs cebong.

Yang masih ribut hanya gara-gara gambar meme. Yang ribut membahas tarif artis VA yang katanya mencapai Rp 80 juta.

Sementara itu, Elon dengan temuan-temuannya membuat semua orang sulit berkata-kata. Dan membuat semua orang lebih cepat siuman mengenai teknologi masa depan. Teknologi bahkan berkembang lebih cepat tanpa disadari manusia.

Siapa sosok Elon, apalagi saat berbicara, orang tentu jauh lebih yakin. Ia adalah orang yang pertama yang mampu menggunakan kembali roket yang diluncurkan untuk kepentingan ruang angksa. Dari sebelumnya hancur berkeping-keping. 

Elon bukan orang yang tak pernah gagal. Ia nyaris putus asa setelah merugi saat beberapa kali gagal meluncurkan roket tersebut. 

Roket itu kemudian dikenal dengan Faclon 1 dan Falcon. Roket yang bisa digunakan ulang untuk mengeksplorasi ruang angkasa. Ia kemudian sukses setelah disokong NASA, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat.

Ide gila Elon itu ia kembangkan melalui SpaceX -- sebuah perusahaan dirgantara swasta di Amerika Serikat dan perusahaan transportasi ruang angkasa -- bermarkas di Hawthorne, California. Perusahaan itu ia dirikan pada tahun 2002 lalu atau 16 tahun lalu. 

Elon Musk juga kembali membuat orang geleng-geleng kepala dengan perusahaan mobil listriknya Tesla. Mobil listrik yang bisa dikendali secara otomatis dengan tingkat keamanan jauh lebih tinggi. Ia juga tengah membuat terobosan jalur lintas berkonsep terowongan yang dinamakan Hyperloop.

Transportasi dengan jalur membelah perut bumi AS, dari Los Angeles ke San Fransisco. Kendaraan yang diyakini dua kali lebih cepat dari pesawat. Empat kali lebih kencang dari kereta cepat. Bisa menempuh Los Angeles ke San Fransisco dalam waktu 36 menit. 

Sebuah kendaraan yang bahkan mampu melaju dengan kecepatan 970 km/jam. Kecepatan yang sangat ekstrem. Tapi dengan tingkat keamanan dan kenyamanan yang baik. Seperti seseorang naik sebuah elevator. Dan itu sudah ia luncurkan bulan lalu. Sulit memang diterima akal sehat, apalagi sakit.

Elon menyebutkan adalah sebuah transportasi yang dipadukan dengan kecanggihan teknologi kekinian. Dengan biaya sangat mahal. PR kedepan adalah bagaimana membuat terowongan atau jalur transportasi semacam itu jauh lebih cepat, murah, dan aman.

Elon Musk dikenal bukan sebagai pengusaha saja. Dia juga seorang penemu dan juga ilmuwan serta pemilik perusahaan populer di AS. Dalam sebuah wawancara di Dubai Summit beberapa waktu lalu, di depan para pengusaha dan pejabat pemerintah, Elon bahkan disetarakan dengan para ilmuwan sekelas penemu algoritma Al-Khawarizmi, ilmuwan Fisika Albert Eistein, dan Ilmuwan Sir Isaac Newton.

Saya sudah cukup lama mengikuti sepak terjang dan mengagumi ide-ide brilian Elon Musk. Saat diwawancarai seorang menteri di Uni Emirate Arab di Dubai, Elon bahkan melontarkan prediksinya tentang perkembangan teknologi masa depan.

Pandangannya itu membuat semua orang terpana. 

"Apa yang membuat Anda ingin mati di Mars?"

"Jangan katakan saya ingin mati. Saya hanya ingin ketika suatu hari nanti saya mati, jika saya bisa memilih, saya ingin di Mars. Bukan tidak mungkin, kita lahir di bumi, mengapa tidak bisa mati di Mars?"

Kegilaan Elon tidak cukup di situ saja. Elon bahkan ingin membawa koloni manusia ke Mars. Bukan hal mustahil, dengan pengembangan teknologi peroketannya, sehingga Elon pede berbicara demikian.

Ada sejumlah prediksi Elon soal kehidupan masa depan. Pandangan yang menurutnya akan membuat dia dianggap sebagai orang gila.

Sama halnya ketika para ilmuwan masa lampau memprediksi tentang kehidupan manusia dan teknologi yang digunakan pada masa kini. Dia juga berharap setiap orang bisa lebih sering bepergian ke luar angkasa. Bagi Elon, hal itu bisa terjadi dalam kurun waktu 50 tahun kedepan.

Banyak hal yang dibicarakan Elon. Termasuk soal Alien, sebuah tanggapan yang ditunggu-tunggu orang saat itu. 

"Apakah Anda percaya bahwa Alien itu ada?" Audiens dalam acara Dubai Summit saat itu menahan napas. Elon pun terlihat sedikit menghentikan pembicaraan. Ia tak langsung menjawab. Sejenak tertawa.

Elon kemudian mengatakan, "mungkin di antara kita saat ini adalah Alien." Semua tertawa. Siapa yang percaya? Tak sampai di situ, Elon juga mengatakan, beberapa orang menyebut dirinya adalah Alien itu. Tawa pun makin renyah. Sedikit edan tapi masuk akal. "Tapi itu tidak benar." Sergah Elon.

Elon tak menepis Alien memang ada. Seperti manusia saat ini yang mencari-cari keberadaan Alien, barangkali Alien tengah mengobservasi manusia, dan berniat suatu hari mengekspansi bumi. Tapi manusia tak menyadari hal itu.

Hingga pada akhirnya pada suatu ketika antara manusia dan Alien tersebut kemudian bertemu. Tentunya dengan bantuan perkembangan teknologi tersebut. Cukup masuk akal sehat dan sakit.

Elon juga menceritakan bagaimana kelak kehidupan manusia akan dipengaruhi kecerdasan buatan, Artificial Intelligent (AI). Kecerdasan yang bisa jauh lebih cerdas dari manusia di bumi yang menciptakannya.

Dan pada masa itu, adalah di mana masuk kedalam situasi yang berbahaya. Ia memprediksi dengan kecerdasan buatan itulah manusia bisa pada akhirnya bertemu dengan super intelligent Aliens. Prediksinya dalam 20 tahun kedepan hal itu bisa saja terwujud.

Prediksi kehidupan manusia dengan perkembangan teknologi di masa depan ini benar-benar telah menjadi perhatian masyarakat dunia di akhir-akhir ini. Teknologi atau ilmu pengetahuan lah yang kemudian mampu mengubah peradaban dunia. 

Di sisi lain, kita masih berkutat soal copras capres dan menebar kebencian dan ketakutan yang tak berkesudahan. Sebuah realita masa kini yang kelak kita sesali. "Kenapa ya tidak dari dahulu?" Sebuah kata-kata bijak yang selau akrab di telinga kita, termasuk saya.

Kita seperti terjerat dalam perilaku masyarakat komsumtif. Konsumtif dalam hal apapun, mulai dari korek kuping hingga benda berteknologi tinggi. Terjebak dalam mental-mental yang pesimis. "Sudahlah, kita tidak mungkin bisa."

Kita juga tengah sibuk dengan "Dildo", capres fiktif Nurhadi-Aldo. Kita justru terhibur dengan capres fiktif yang akronimnya mirip alat bantu seks tersebut. Hiburan yang menghilangkan kepenatan sejenak dari keriuhan para pendukung-pencukung capres yang gelap jari dengan status dan komentar sinis. Meskipun nantinya kembali terlupakan.

Seperti kata Capres Dildo, "Jangan gantungkan nasib Anda kepada kami, nasib kami saja belum jelas."

Lantas pertanyaan terakhir ke Elon Musk, setelah kecerdasan buatan menguasai dunia, apa yang akan terjadi kepada manusia? Benarkah akan banyak orang kehilangan penghasilan, pekerjaan dan peruntungan. 

Teknologi memang berkembang lebih cepat dari kesadaran manusia. Bila tak siap, bukan tidak mungkin kita kehilangan banyak hal. Termasuk kehilangan kesempatan bertemu Alien. 

Zuhri Muhammad
Penulis adalah CEO & Pemimpin Redaksi Batamnews.co.id


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews