Senandung Duka Seventeen Band

Senandung Duka Seventeen Band

Seventeen Band

Kemarin engkau masih ada di sini
Bersamaku menikmati rasa ini
Berharap semua takkan pernah berakhir
Bersamamu, bersamamu

Kemarin dunia terlihat sangat indah
Dan denganmu merasakan ini semua
Melewati hitam putih hidup ini
Bersamamu bersamamu

Kini sendiri di sini
Mencarimu tak tahu dimana
Semoga tenang kau di sana selamanya
Aku selalu mengingatmu
Doakanmu setiap malamku
Semoga tenang kau di sana selamanya

 

Banyak yang bilang lirik lagu Seventeen yang dirilis 21 Desember 2016 ini menggambarkan betul duka dalam yang melanda Riefian Fajarsyah. Lagu itu berjudul 'Kemarin' 

Tanggal rilis lagu yang diciptakan dua tahun lalu itu, selang sehari dengan tanggal musibah tsunami 22 Desember 2018

Hanya Ifan, vokalis band yang tersisa setelah bencana tersebut melanda Banten. Tiga personel Seventeen lainnya tewas, termasuk manajer. Bahkan sang istri juga ikut tewas dalam musibah ini.

Lagu ini salah satu tembang di album "Pantang Mundur". Diciptakan oleh gitaris Herman Sikumbang, yang ikut menjadi korban tewas dalam bencana tsunami.

Ifan pun seakan sudah tak tahu bagaimana caranya menangis saat memakamkan jenazah sang istri Dylan Sahara. Ia seakan begitu tegar dengan musibah yang melanda. Bisa dibayangkan dalamnya duka yang dirasakan Ifan.

 

 

Dylan yang juga seorang presenter ini sempat dua hari tak diketahui keberadaannya. Jenazah Dylan ditemukan di RSUD Pandeglang. Kata-kata yang dituliskan Ifan di akun instagram sang istri cukup menyayat hati. "Alhamdulillah kita udah semobil lagi yuk pulang yuk @dylan_sahara," tulis Ivan.

Momen terakhir bersama kru seventeen pun terekam dari sebuah ponsel salah seorang korban yang diduga selamat. Kendati hingga kini belum diketahui identitas maupun kondisi orang yang merekam video tersebar viral itu. 

Di video itu terlihat sedang manggung di atas panggung yang membelakangi laut. Seventeen diundang mengisi acara gathering PLN. Mereka sebenarnya menggantikan band Elemen yang awalnya diundang panitia

Ferdy Taher vocalis Elemen dalam sebuah wawancara di channel YouTube Rans Entertainment milik Raffi Ahmad dan Nagita Slavina menyatakan kekagetan mereka dalam musibah itu.

"Sudah deal, sudah kirim semua riders, sudah deal sama harga, kamarnya segala macam sudah oke, sudah block tanggal. Tiba-tiba dikabarin, 'Maaf Element, kita enggak jadi pakai. Jadinya kita pakai Seventeen'," kenang Ferdy.

Para personel Element pun menghargai keputusan panitia kala itu. Mereka menganggap jika acara family gathering PLN bukanlah rezeki Element. 

Agaknya tuhan memang sudah memiliki rencana lain untuk band yang melantunkan lagu 'Rahasia Hati' itu. 

Malam itu, terlihat beberapa anak-anak bermain. Orang-orang yang sedang asyik bercengkrama mengambil minuman. Lainnya sedang menikmati penampilan Seventeen dengan duduk bersama di beberapa meja berisi makanan.

Dikabarkan baru dua lagu yang dibawakan Seventeen. Saat masuk lagu berikutnya, sebuah irama musik yang sedikit kencang ditampilkan sebagai intro.

"We are, seventeen.. seventeen.. Teman-teman minta tolong tepuk tangan buat di *** Pandeglaang.." teriak Ifan.

Terlihat tabuhan drum Andi, permainan gitar Yudhi dan Herman serta beat bass oleh Bani mulai menghangatkan suasana. Namun belum saja Ifan masuk ke lagunya tersebut, tiba-tiba panggung rubuh. Terjangan air laut menyapu semua yang ada di depan panggung. Teriakan para wanita terdengar. Sekejap suasana gelap gulita.

Itu merupakan momen terakhir kru seventeen sebelum tiga personel lainnya ditemukan tewas. 

Ifan mengaku syok saat tsunami menghantam panggungnya malam itu. Saat itu, ucap Ifan, jangankan dirinya, bata di jalan pun terbongkar keluar ikut menghantam apa pun yang ada di depannya.

"Ketinggian air 5 meter, jadi saya enggak bisa menggambarkan. Konblok di lapangan sampai terkelupas, tembok tebel sekitar 0,5 meter jebol, jadi cukup membuat tubuh manusia terpontang-panting," kata Ifan.

Ifan termasuk beruntung. Di saat ia mulai kehabisan nafas akibat hanyut, ia mendapati pegangan sebuah besi material panggung yang akhirnya menyelamatkannya setelah tersangkut ke sebuah pohon

Salah satu manajer mereka,Oky Wijaya juga ikut tewas dalam bencana alam tersebut. Tsunami tiba-tiba diakibatkan aktivitas vulkanik di Gunung Anak Krakatau, Selat Sunda. Tak ada gempa dan semacamnya. Memang tak ada yang menyangka.

Bencana itu terjadi sekitar pukul 21.30 WIB. Tsunami menyapu semua kejayaan band yang dibentuk pada tahun 1999 ini. 

Dilansir dari laman wikipedia, dalam kurun waktu 1999 sampai 2018, mereka telah merilis 4 album yaitu Bintang Terpilih (1999), Sweet Seventeen (2005), Lelaki Hebat (2008), Dunia Yang Indah (2011), 5ang Juara (2013) dan Pantang Mundur (2016).

Band ini terbentuk atas prakarsa Yudhi Rus Harjanto, Herman Sikumbang, Zulianto "Zozo" Angga, dan Windu Andi Darmawan yang bersekolah di sebuah SMA swasta di Yogyakarta. Dengan keinginan serius dalam membentuk band, mereka menggaet Bani, sepupu Yudhi. Seventeen secara resmi dibentuk pada tanggal 17 Januari 1999. 

Banyak suka-duka yang telah dilewati band ini, termasuk beberapa pertukaran formasi. 

Lagu-lagu Seventeen yang dikenal "ngena banget" ini tentunya sudah cukup familiar dan terkenal di kuping pencinta musik tanah air.

Tsunami merubah segalanya. Band Seventeen sebenarnya masih terikat banyak kontrak. Manajer Yulia Dian, Seventeen mengakui hal tersebut. "Iya masih punya kontrak yang harus diurus," kaya Yulia dalam wawancara bersama Antaranews.

Duka mendalam sang vokalis dan kehilangan tiga personel utamanya, kecil kemungkinan band Seventeen untuk kembali eksis.

(Ikhsan)
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews